Praktik-praktik dalam pertanian alami sangat dekat dengan kehidupan perempuan sehari-hari. Pengetahuan perempuan tentang proses pengolahan pangan, kebutuhan gizi/nutrisi makhluk hidup dan prinsip reproduksi makhluk hidup kemudian menjadi kunci utama dalam pertanian alami.
Namun, sejak awal dimulainya Revolusi Hijau bagi perempuan pedesaan, pertanian kimiawi (baca: Revolusi Hijau) telah menggusur peran mereka di pertanian, sementara anggapan bahwa laki-laki adalah pemimpin rumah tangga mengakibatkan banyak informasi tentang program ini tidak menyentuh kaum perempuan. Pemilihan jenis benih padi dan teknologi yang diterapkan dalam revolusi hijau secara sistematik telah mengabaikan peran perempuan. Selain itu, input produksi yang digunakan dalam revolusi hijau juga menyimpan residu kimia dalam tubuh perempuan sehingga perempuan terpaksa meninggalkan dunia pertanian.
Sebelum memasuki masa pertanian kimiawi, perempuan petani menguasai sekitar 60% proses produksi usaha tani, mulai dari menyeleksi benih hingga panen. Kaum perempuan khususnya keluarga miskin menghidupi keluarga dengan memperoleh pekerjaan selama panen. Ini menyumbang pemasukan rumah tangga secara berarti. Setelah praktik pertanian kimiwi yang telah membuat utang berkepanjangan dalam keluarga tani, telah membuat perempuan keluar dari pertanian untuk memenuhi tanggungjawabnya sebagai tiang pangan keluarga. Mereka terlempar ke luar dari desa ke kota besar atau keluar negeri dengan menjadi pekerja rumah tangga, buruh pabrik, pekerja seks, dan lain-lain yang sesungguhnya rawan terhadap tindak pelecehan dan diskriminasi.
Peran Vital Perempuan dalam Pertanian Alami
Pemilihan bahan-bahan yang digunakan, cara pembuatan sampai cara menggunakan di lahan merupakan prinsip kerja yang selama ini sudah dilakukan para perempuan tani. Proses tersebut termasuk mengolah bahan mentah menjadi pangan keluarga yang membutuhkan waktu, mulai dari mengambil, mengupas, mencuci, menjemur/mendiamkan, memasak, hingga menghidapkan ke meja dan siap disantap. Proses – proses ini juga terjadi ketika petani melakukan praktik pembuatan pupuk dan pestisida alami. Bahan yang kita gunakan, dihaluskan terlebih dahulu kemudian difermentasi dan selanjutnya diamati.
Perempuan adalah pihak yang melakukan proses reproduksi dalam kehidupan manusia, sehingga sangat mudah bagi perempuan memahami bagaimana kebutuhan nutrisi daari setiap tahapan perkembangan tanaman ataupun ternak yang dibudidayakannya. Proses perkembangbiakkan tanaman dan ternak tidak jauh berbeda dengan proses reproduksi yang dialami perempuan. Masa remaja, kawin, hamil, melahirkan, membesarkan anak hingga dewasa adalah bagian dari proses tersebut. Seperti seorang ibu hamil yang mengalami perubahan fisiologis dalam dirinya sehingga membutuhkan phosphor dan kalsium selama masa ngidam atau saat akan melahirkan ibu membutuhkan kalium. Inilah yang terjadi pula pada tumbuhan dan hewan. Sehingga pada tahap kehidupan tanaman dan hewan ini pulalah yang mesti diperhatikan dalam pertanian alami. Dikenal dengan nama siklus nutrisi.
Demikian besar peran kaum perempuan dalam praktik pertanian alami, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan usaha tani alami. Dengan penerapan input-input pertanian alami yang dapat dibuat secara sederhana dan lebih mudah, membuat kaum perempuan dapat terlibat lebih jauh dalam usaha tani alami. Pada akhirnya kegiatan ini dapat dilakukan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Betapa tak manusiawinya bukan pertanian kimiawi itu?