Bina Desa

Memperkuat Suara Petani: Konsolidasi Advokasi dan Pendalaman Kertas Kebijakan di Klaten 

Setelah melewati rangkaian kegiatan konsolidasi dan penggalian persoalan-persoalan pertanian di Kabupaten Klaten, serta penguatan kapasitas dan penyusunan kertas kebijakan, Sanggar Kebangsaan bersama Jaringan Advokasi Petani Klaten kembali melangkah lebih jauh. Pada tanggal 13 Mei, mereka menggelar forum bertajuk “Review Kertas Kebijakan dan Konsolidasi Advokasi” di Balai Sanggar Kebangsaan, Desa Sumber, Kecamatan Trucuk. 

Kegiatan ini bertujuan memperdalam pemahaman terhadap isi kertas kebijakan sekaligus merancang strategi advokasi ke depan. “Kegiatan ini membantu kita semua untuk memahami lebih dalam cakupan masalah, analisis, serta usulan yang tercantum dalam kertas kebijakan. Dengan pemahaman yang sama, kita bisa satu suara saat menyampaikannya kepada para pemangku kebijakan,” tegas Suko Purnomo, Ketua Sanggar Kebangsaan, dalam sambutan pembukaannya. 

Suko menekankan pentingnya segera melangkah ke tahap negosiasi kebijakan dengan pemerintah dan DPRD. “Kita perlu bergerak cepat, mumpung pemerintahan yang baru belum terlalu padat agenda,” tambahnya. 

Sebanyak tiga puluh peserta dari berbagai organisasi dalam jaringan hadir dalam forum yang berlangsung dinamis dan penuh keakraban. Menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa yang partisipatif, forum ini berhasil melibatkan secara aktif seluruh peserta, baik laki-laki maupun perempuan. 

Purwanti, perwakilan dari Forum Perempuan Tani Klaten (FPTK) dan salah satu dari sepuluh peserta perempuan yang aktif dalam kegiatan, menyampaikan apresiasinya terhadap suasana yang inklusif. Ia berharap pola seperti ini bisa diterapkan juga dalam forum-forum warga seperti Musyawarah Desa. “Selama ini forum sering didominasi kelompok tertentu. Bahkan suara-suara kritis sering tak diundang lagi di pertemuan berikutnya,” keluhnya. 

Forum diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza, dilanjutkan dengan pendalaman substansi kertas kebijakan yang memuat enam isu utama: regenerasi petani, kebijakan harga, dominasi pertanian kimia, irigasi, tanah mangkrak, dan rantai distribusi produk pertanian. Peserta dibagi ke dalam enam kelompok sesuai isu, masing-masing dipandu oleh fasilitator dari Bina Desa. Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan dan diperkaya melalui tanggapan dari kelompok lain. 

Suasana forum tidak hanya serius, namun juga hangat dan akrab. Perbedaan pendapat, seperti dalam perdebatan tentang koperasi desa “Merah Putih”, menambah dinamika diskusi. Puncaknya, forum menyajikan simulasi audiensi yang penuh warna dan sarat pembelajaran. 

Dalam sesi simulasi, enam peserta mewakili isu masing-masing untuk melakukan audiensi dengan “bupati” dan “kepala dinas pertanian” yang diperankan oleh Wardiyono dan Agus Setyoko. Menariknya, setiap peserta diwajibkan menjalankan “Kartu Tantangan” yang diundi sebelum simulasi, seperti Ekspresif!, Singkat Padat, atau Contoh Nyata. Hal ini menguji kemampuan mereka dalam menyampaikan pesan secara kreatif, efektif, namun tetap substansial. 

Simulasi berjalan penuh warna—kadang serius, kadang riuh penuh tawa. Para peserta ditantang menyampaikan materi kebijakan sembari memenuhi misi dari kartu yang mereka pegang. Sementara itu, peserta lain berperan sebagai juri yang menilai performa dan efektivitas strategi komunikasi. 

Di akhir sesi, fasilitator mengajak peserta berefleksi tentang proses simulasi tersebut. Sesi ini menjadi ajang curah rasa dan pendapat serta penilaian dari peserta lain tentang efektifitas materi hingga perilaku personil tim advokasi. Sambil memandu jalannya refleksi, fasilitator juga menyisipkan pesan-pesan reflektif tentang strategi komunikasi dengan mengaitkannya pada Kartu Tantangan yang menjadi misi dari setiap anggota tim.  

Sesi ini dipungkasi dengan penganugerahan “Kartu Apresiasi” seperti Persuasif, Tangguh Menjawab, Jubir Rakyat, Pemikir Strategis, hingga Bintang Audiensi, kepada para peesonil tim advokasi sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi dan performa mereka dalam simulasi. 

Menjelang penutupan forum, Wardiyono, sesepuh Sanggar Kebangsaan, memimpin sesi perencanaan tindak lanjut. Forum menyepakati sejumlah langkah strategis yang akan segera dijalankan untuk membawa suara petani Klaten ke meja kebijakan. 

Kegiatan ini bukan sekadar forum diskusi, tapi ruang belajar bersama, membangun kekuatan, dan menyatukan suara untuk perubahan yang lebih baik di sektor pertanian. Sebuah langkah nyata menuju pertanian yang lebih adil dan berdaulat.[LDJ] 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top