
Cilacap | Perubahan iklim kian nyata menghimpit kehidupan petani kecil di berbagai daerah. Untuk memetakan dampak langsung dari krisis iklim terhadap keluarga petani, Bina Desa bersama Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) Sidamakmur menggelar Lokakarya Pengambilan Data Primer sebagai bagian dari rangkaian Riset Perubahan Iklim. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai 29 Juni hingga 2 Juli 2025, di Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Acara ini diikuti oleh 34 orang yang terdiri dari petani peneliti, fasilitator, serta narasumber petani laki-laki dan Perempuan dari beberapa dusun di Desa Binangun. Mereka bekerja sama mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman iklim dan dampaknya terhadap sumber penghidupan dan kesejahteraan petani kecil.

Melalui diskusi kelompok, pemetaaan pastisipatif sumber daya, analisis risiko dan identifikasi ancaman, peserta lokakarya menemukan tiga jenis ancaman utama yaitu banjir, kekeringan, dan angin putting beliun. Berdasarkan penilaian partisipatif, kekeringan dan banjir muncul sebagai ancaman paling signifikan terutama bagi kehidupan keluarga petani di Desa Binangun.
Para petani menginformasikan bahwa kekeringan menyebabkan gagal panen, penurunan hasil produksi dan hilangnya pendapatan. Sementara musim kemarau yang panjang memperparah kondisi petani yang sudah terdesak oleh mahalnya input pertanian dan akses air yang terbatas. Belum lagi masa Dimana warga Binangun mengalami paceklik air hingga enam bulan dalam setahun.
“Sekarang musim hujan datangnya tidak bisa diprediksi, kadang musim tanam sudah mulai, eh malah kering, gagal panen. Kita bingung, “ujar salah satu peserta, Purwati, saat sesi diskusi kelompok.

Dalam lokakarya ini ada beberapa metode Participatory Rural Appraisal (PRA) metode penelitian yang partisipatif) yang dilakukan oleh petani antara analisis risiko, pemetaan partisipatif sumber daya, kalender musim, analisis kecenderungan, diagram venn kelembagaan, bagan aktivitas, jelajah wilayah. Kepala Unit Riset dari Bina Desa yaitu Dameria Rosalin menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menggali data mendalam yang tidak hanya berbasis angak tetapi juga berbasis pengalaman langsung dari petani kecil di lapangan.
“Dampak perubahan iklim tidak hanya pada panen, tapi juga memperburuk ketimbangan, mempersempit akses lahan, dan memperlemah kapasitas adaptasi petani. Lokakarya ini penting agar kitab isa Menyusun strategi yang berbasi realita di pedesaan, ujar Dameria.
Lokakarya ditutup presentasi hasil dari petani dimasing-masing kelompok. Data dan hasil analisis akan disusun dalam laporan penelitian sebagai bahan untuk menyusuan Langkah adaptasi dan pengembangan advokasi kebijakan yang lebih berpihak pada petani kecil. (ORS)