Bina Desa

Benih Rakyat untuk Mencapai Kedaulatan Pangan

Kader dan anggota Sauyunan Perempuan Petani Binangkit (SPPB) belajar dan berbagi pengetahuan mengenai perbenihan (Foto: Bina Desa)

INDRAMAYU, BINADESA.ORG- Data-data yang tersebar dalam berbagai media menyebutkan bahwa secara global, 67% pasar benih dikuasai oleh 10 perusahaan multinasional, sedangkan 99,9% benih transgenik dikuasai oleh 6 perusahaan multinasional. Sementara di Indonesia sendiri  78% pasar benih dikuasai oleh perusahaan asing, dari semua itu 67% nya dikuasai 2 perusahaan asing.

Hal ini sesuai dengan yang dituturkan Kartini (dari Cianjur) di sela-sela pendidikan perbenihan di Amarta Tani Indramayu, Jawa Barat. Bahwa selama ini kita hanya tahu mendapat benih bantuan dari dinas pertanian dan kalau tidak dapat, gampangnya tinggal beli saja di toko pertanian di desa atau kecamatan. Benih yang tidak beli mana tahu kualitasnya gimana, syukur kalau bagus bisa panen. Kalau pas lagi jelek ya bisa gagal panen. Kalau saya pikir-pikir kita membeli dan mendapat bantuan benih itu seperti membeli kucing dalam karung.

Seperti yang kita ketahui bahwa 60% keberhasilan atau kegagalan usaha tani ditentukan oleh benih. Untuk itu penguasaan benih oleh petani kecil dan organisasinya menjadi peran kunci untuk mencapai kedaulatan pangan, tentu semua ini harusnya dalam skema reforma agraria yang komprehensif.

Untuk mencapai berdaulat benih oleh rakyat Sauyunan Perempuan Petani Binangkit (SPPB) Cianjur mengadakan kunjungan belajar  tentang benih ke Komunitas Amartapadi, Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu pada awal Maret 2017 lalu. SPPB dipimpin ketuanya, Kartini bersama perempuan tani lainnya berjumlah sebelas orang. Selama tiga hari para kader dan pimpinan SPPB mendapat pengetahuan tentang persoalan benih, keragaman hayati, praktek dan secara langsung melakukan pengamatan di sekolah lapang yang didirikan oleh Joharipin (Amarta Tani/API). Dalam proses pendidikan ini di fasilitasi oleh Joharipin  dan Dayat.

Kombinasi belajar di kelas, praktek dan penulisan dengan berbagai alat (gambar, narasi) membuat mudah memahami materi (Foto: Bina Desa)

Belajar dengan berpraktek

Dalam pendidikan ini, belajar juga mengenai proses dan teknis penyilangan tanaman khususnya pada tanaman padi. Sehingga meningkatkan kapasitas kader-kader SPPB khususnya dalam penyilangan dan pengembangan benih lokal. Melestarikan benih-benih lokal dan memanfaatkan sumber hayati yang ada di sekitar lingkungan.

Diawal peserta dibawa ke sekolah lapang. Materinya dibahas tentang persoalan petani dan benih, kemudian dilanjutkan dengan materi pertanian berkelanjutan dan dampak globalisasi bagi petani. Kemudian malam harinya dilanjutkan dengan diskusi tentang benih yang ada di lingkungan peserta. Demikian juga diinventarisir jenis-jenis padi yang ada serta kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis padi tersebut.

Proses pendidikandengan metode langsung ke sawah dan mengamati langsung padi di sekolah tersebut, yang kemudian melakukan praktek penyilangan langsung. Setelah itu materi dilanjutkan dengan diskusi tentang pemuliaan tanaman dan di sambung tentang morfologi tanaman dan fungsi dari bagian-bagian tanaman padi. Dari pengamatan langsung,  dalam diksusinya dituangkan dan gambarkan pada kertas plano untuk memperjelas dan pemahaman bersama.

Pada hari terakhir peserta diminta untuk mengamati hasil praktek hari sebelumnya dan menuliskan apa yang diperoleh dari pengamatannya. Dilanjutkan dengan pengamtan sawah dan melakukan lagi praktek penyilangan dengan metode penyilangan yang lain. Pada malam harinya dilanjutkan dengan diskusi tentang kegiatan pagi sampai sore tadi dan dilanjutkan dengan melihat foto-foto selama kegiatan. Dengan pendidikan kelas dan praktek ini diharapkan makin memudahkan memahami dan mempraktekan di lahan dan kampung bersama organisasi SPPB.  (bdk030/bd018)

Scroll to Top