Bina Desa

Lokakarya Jaringan Belajar: Orang Muda Bergerak untuk Kedaulatan Pangan

Oleh: Isriani (Anggota KSP Gertani)

Selama empat hari, Selasa hingga Jumat, 13–16 Mei 2025, Hotel Amaris Hertasning Makassar menjadi ruang pertemuan bagi para pemuda dari berbagai komunitas pertanian di Sulawesi. Mereka berkumpul dalam Lokakarya Jaringan Belajar Pengorganisasian Orang Muda untuk Kedaulatan Pangan, sebuah inisiatif untuk memperkuat peran generasi muda dalam perjuangan kedaulatan pangan di tingkat komunitas.

Menggali Isu, Membangun Koneksi

Kegiatan ini bertujuan menggali dan mengidentifikasi isu-isu yang berkembang di komunitas, terutama terkait pangan. Lebih dari itu, lokakarya ini juga menjadi ruang belajar kolektif untuk memperkuat kapasitas pengorganisasian, mengasah keterampilan praktis dalam membangun jaringan, memobilisasi komunitas, serta menyusun strategi kolektif lintas daerah. Acara pembukaan berlangsung pada malam hari, Selasa (13/5), dimulai dengan doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan dari ketua panitia, serta sesi perkenalan antar peserta dalam berbagai bahasa daerah—sebuah cara hangat untuk mengenal keragaman budaya yang hadir di ruang belajar ini.

Hari Kedua: Mengurai Isu dan Peran Pemuda

Hari kedua dibuka dengan senam pagi, menciptakan semangat baru bagi peserta. Forum dimulai pada pukul 08.30 WITA dengan sesi refleksi yang dipandu oleh fasilitator, Mas Fadil, yang mengajak peserta menuliskan harapan dan kekhawatiran mereka di sticky notes berwarna. Jawaban-jawaban peserta yang jujur dan unik menjadi bahan refleksi bersama. Diskusi berlanjut dengan kerja kelompok untuk mengidentifikasi isu-isu di komunitas masing-masing. Tiga kelompok bergantian mempresentasikan hasil temuan mereka. Forum berjalan dinamis, banyak peserta yang aktif berdiskusi dan saling berbagi pengalaman.

Sesi berikutnya membahas peran dan potensi orang muda dalam Kelompok Swadaya Petani (KSP). Mas Fadil menekankan bahwa keberlanjutan KSP sangat bergantung pada regenerasi pemuda. Banyak contoh inspiratif muncul dari peserta—mulai dari upaya menanam dan memproduksi beras alami hingga menciptakan nilai jual yang lebih tinggi dari hasil pertanian sendiri.

Kutipan dari Pak Mujahid (Pak Ado) kembali menggema di forum:

“Tulisan yang buram masih lebih baik dibandingkan dengan ingatan yang tajam.”
Kalimat ini mengingatkan peserta akan pentingnya mencatat pengalaman, menulis, dan merefleksikan perjalanan pengorganisasian sebagai bagian dari proses belajar.

Malam harinya, kelompok pertama menampilkan teater berjudul “Perampasan Hak Seorang Petani”—sebuah pementasan penuh makna tentang perjuangan petani mempertahankan hak-haknya.

Hari Ketiga: Prinsip dan Langkah Pengorganisasian

Kamis (15/5) pagi, kegiatan diawali dengan senam dan review materi. Sesi dilanjutkan oleh Pak Ado, yang membawakan materi “Prinsip Pengorganisasian Orang Muda untuk Perubahan”. Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa perubahan tidak terjadi begitu saja, melainkan lahir dari pembiasaan, keyakinan, dan usaha kolektif. Pengorganisasian, katanya, adalah jalan sunyi—tidak banyak yang memilihnya, tetapi inilah jalan paling nyata menuju perubahan sosial dan politik.

Pak Ado juga memperkenalkan 10 langkah pengorganisasian yang dibagi ke dalam tiga tahap: (1) Inisiasi: integritas, investigasi sosial, dan program tentatif. (2) Aktivasi: kerja lapangan, pertemuan rutin, bermain peran, dan aksi. (3) Performa: evaluasi, refleksi, dan pembentukan organisasi.

Sore harinya, peserta dari masing-masing KSP menyusun Rencana Aksi Lanjutan (RAL) sebagai tindak lanjut nyata setelah lokakarya. Malam hari ditutup dengan performing art kelompok dua yang membacakan puisi-puisi bertema petani.

Hari Keempat: Menyusun Aksi Kolektif

Hari terakhir, Jumat (16/5), menjadi ruang refleksi dan perencanaan kolektif. Peserta mendiskusikan Rencana Aksi Kolektif yang difasilitasi oleh Pak Ado dan Mas Fadil. Setelah presentasi hasil diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi refleksi bersama dan evaluasi oleh panitia lokal. Malam penutupan diwarnai dengan musikalisasi puisi oleh kelompok tiga, sebuah persembahan indah untuk menutup empat hari penuh pembelajaran, diskusi, dan kebersamaan.

Lokakarya ini tidak hanya menghadirkan ruang belajar, tetapi juga menumbuhkan keyakinan bahwa perubahan dalam sistem pangan dimulai dari kesadaran dan keberanian orang muda untuk berorganisasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top