Pentingnya Kader Komunitas Swabina Pedesaan di Desa

Pendidikan pengorganisasian komunitas untuk Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di Desa Pombewe Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah pada 5 – 7 Desember lalu dengan dihadiri oleh 32 orang (Foto : M. Suyuti/Bina Desa)

SIGI, BINADESA.ORG – Salah satu strategi organisasi yang dilakukan oleh Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) yang dilakukan KSP Sangulara bersama Bina Desa adalah mempengaruhi dari luar yang diwujudkan dalam proses pendampingan. Tahapan pendampingan adalah serangkaian kegiatan memfasilitasi kelompok/organisasi petani-nelayan di pedesaan guna untuk transformasi kesadaran dan meningkatkan kemandirian desa dari segala aspek kehidupan (sosial-ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan lingkungan/komunitas swabina pedesaan). Pendampingan sebagai sebuah konsep dan pendekatan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan Komunitas Swabina Pedesaan.

Keberhasilan organisasi sangat dipengaruhi oleh sosok pendamping atau dalam istilah aslinya disebut community organizer (co). Komitmen dan kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang dimiliki oleh para pendamping/kader memiliki peran besar dalam proses peningkatan kesadaran kritis bagi komunitas.

Pendamping atau kader sebagai ujung tombak dalam melakukan pengorganisasian komunitas pedesaan sangat berperan dalam mewujudkan penguatan organisasi di desa. Pendamping dan atau kader berperan aktif dalam menumbuhkan kesadaran kritis, populis maju, mendorong keterlibatan aktif seluruh anggota kelompok/organisasi baik tani dan nelayan, melakukan pendidikan penyadaran secara terus menerus, pembentukan dan penguatan organisasi tani dan nelayan agar tidak pasrah terhadap sistem pemerintahan dan berbagai kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat,  yang mengakibatkan kemampuan/kekuatan rakyat menjadi lemah dan tidak berdaya.

Sumber daya alam yang merupakan alat produksi, tak lagi dimiliki dan dikelola oleh rakyat namun kebanyakan dikelola oleh penguasa modal baik itu dalam pengelolaan sektor tambang maupun perkebunan skala besar. Yang membuat kondisi ekonomi rakyat semakin memburuk serta hanya melahirkan konflik agraria seperti sengketa tanah dan hak atas penguasaan tanahnya

Olehnya itu KSP Sangulara mengadakan pendidikan pengorganisasian komunitas untuk Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di Desa Pombewe Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah pada 5 – 7 Desember lalu dengan dihadiri oleh 32 orang. Harapannya agar semakin banyaknya lahir kader-kader penggerak perubahan utamanya di desa untuk menuju kedaulatan desa serta merdeka atas tanah air dan udara. (bdk026ms)

 

ARTIKEL TERKAIT

Belajar dari Laos: Menjaga, Mengelola Kesuburan Tanah dan Mengelola Hama Secara Alternatif

ASEAN Village Network: Penguatan Dan Dukungan Untuk Desa dari Ekonomi Hingga Lingkungan

UNDROP: Harapan Teguh atau Kenangan Lalu?

Bincang Syukuran 48th Bina Desa: Kiprah Bina Desa Dalam Pembangunan Pedesaan

Woman and Youth Leadership Forum: Partisipasi Perempuan dan Anak Muda Bicara Kedaulatan Pangan.

Koalisi Bank Tanah _ KPA

Koalisi Masyarakat Sipil Gugat Aturan Bank Tanah ke Mahkamah Agung