
Oleh: Lisnawati Rahayu (KSP Ngundi Mulyo)
Tumbuh sebagai remaja di desa (wilayah Kabupaten Gunungkidul, Jogjakarta) yang sebagian besar warganya hidup dari pertanian membuat saya percaya bahwa tanah tempat kami berpijak menyimpan potensi besar untuk berkembang. Desa kami dikenal sebagai penghasil kakao dan padi yang melimpah. Namun, di balik hasil panen yang berlimpah itu, ada tantangan besar yang mengintai: semakin sedikit anak muda yang ingin menjadi petani.
Banyak teman sebaya saya memilih pergi ke kota, mencari pekerjaan yang dianggap lebih modern dan menjanjikan. Pertanian sering dilihat sebagai pekerjaan yang melelahkan dan kurang bergengsi. Akibatnya, regenerasi petani berjalan lambat, dan potensi besar desa kami terancam tidak dimanfaatkan secara optimal.
Namun, saya tidak ingin sekadar menyaksikan perubahan itu dari jauh. Saya memilih terlibat. Kini, saya menjadi bagian dari tim marketing dan produksi kemasan untuk produk olahan kakao di desa. Tugas saya bukan hanya membuat kemasan yang menarik, tetapi juga memikirkan bagaimana produk kami bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Saya ingin menunjukkan bahwa pertanian tidak hanya soal bekerja di ladang, tetapi juga tentang kreativitas, inovasi, dan nilai tambah yang bisa membawa kesejahteraan.
Mengubah Cara Pandang Generasi Muda
Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah: pertanian tidak harus identik dengan cara lama. Lewat Kampanye Digital Pemuda tentang Kedaulatan Pangan yang saya ikuti di Sekretariat Bina Desa pada Februari 2025, pandangan saya semakin terbuka. Saya belajar bahwa pertanian bisa menjadi bidang yang modern dan menarik bagi anak muda jika dikelola dengan ide kreatif dan sentuhan teknologi.
Teknologi bisa membantu meningkatkan produktivitas, mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah, hingga memasarkan hasil desa secara digital. Kampanye tersebut juga menegaskan pentingnya kedaulatan pangan bahwa kita harus memperkuat produksi lokal agar tidak bergantung pada impor. Dalam gerakan ini, anak muda punya peran besar: sebagai inovator, penggerak, sekaligus pemimpin komunitas.
Mengintegrasikan Inovasi dan Keberlanjutan
Bagi saya, membangun masa depan hijau berarti menggunakan sumber daya alam dengan bijak sambil menjaga keberlanjutan ekosistem. Generasi muda harus menjadi pelopor yang menggabungkan inovasi teknologi dengan praktik pertanian ramah lingkungan, seperti pertanian organik, pengurangan bahan kimia, hingga penerapan sistem pertanian regeneratif untuk menjaga kesuburan tanah.
Di desa kami, saya melihat peluang besar untuk mengembangkan olahan kakao yang tidak hanya enak dan berkualitas, tapi juga diproduksi secara berkelanjutan. Melalui desain kemasan yang menarik dan strategi pemasaran digital, saya berharap produk kami bisa bersaing di pasar nasional, bahkan internasional, sambil membawa nama desa kami dikenal lebih luas.
Harapan untuk Masa Depan
Lewat berbagai pelatihan, kampanye, dan pengalaman di lapangan, saya semakin yakin bahwa anak muda bisa menjadi motor penggerak pertanian masa depan. Saya ingin menginspirasi rekan-rekan sebaya untuk melihat pertanian bukan sekadar pekerjaan turun-temurun, melainkan ruang untuk berinovasi, berkreasi, dan membangun kemandirian ekonomi desa.
Masa depan hijau tidak akan lahir tanpa partisipasi aktif generasi muda. Kita adalah kunci perubahan. Setiap langkah kecil dari mengolah kakao, memperbaiki kemasan, hingga memasarkan produk lokal adalah bagian dari perjalanan besar menuju keberlanjutan. Mari kita mulai dari desa, dari komunitas kita, dan dari diri kita sendiri. Karena masa depan hijau tidak akan datang dengan sendirinya ia harus kita bangun bersama.
Catatan Penulis
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman pribadi dan keterlibatan saya dalam Kampanye Digital Pemuda tentang Kedaulatan Pangan. Semoga cerita kecil ini bisa menjadi penyemangat bagi generasi muda lainnya untuk terus menanam kebaikan, berinovasi, dan menjaga bumi kita dengan cara yang sederhana namun berarti.