
Yogyakarta, 4 Agustus 2025 — Bina Desa menggelar Musyawarah Rencana Strategis (Renstra) pada 2–4 Agustus 2025 di Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk merumuskan arah kerja organisasi lima tahun ke depan, sekaligus menandai perjalanan 50 tahun Bina Desa dalam mendampingi masyarakat pedesaan.
Armin Salassa, Koordinator Program Bina Desa, membuka kegiatan dengan ungkapan terima kasih kepada seluruh pihak yang hadir. Ia secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Francis Wahono, Ketua Pembina Bina Desa, yang selama ini setia mengawal organisasi baik secara kelembagaan maupun nilai.
“Kita hadir hari ini dalam rangka 50 tahun Bina Desa dan akan berpikir tentang arah Bina Desa dari 2025–2030. Saat membaca dokumen tentang kondisi negara dan mendengar langsung dari teman-teman jaringan, kita seperti berada di persimpangan. Tidak ada tantangan yang tidak akan membuat kita tangguh,” ujar Armin.
Menurutnya, Renstra ini bukan sekadar agenda perencanaan, tetapi juga bagian dari proses pendidikan, kampanye, dan pembelajaran bersama. Hingga penutupan pada 4 Agustus, forum diharapkan melahirkan poin-poin strategis dari seluruh elemen Bina Desa dan jaringannya, yang akan menjadi pegangan jangka panjang.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai jaringan, antara lain AsiaDHRRA, IHCS, Aliansi Petani Indonesia (API), Konsorsium API, Solidaritas Perempuan, KIARA, dan Serikat Petani Pasundan (SPP). Dalam forum ini, isu-isu dari berbagai wilayah akan diangkat dan disusun menjadi rencana kerja kolektif melalui diskusi kelompok terfasilitasi.

Francis Wahono dalam sambutannya menegaskan keseriusan Bina Desa dalam merumuskan Renstra dengan melibatkan para pegiat di tingkat akar rumput.
“Tujuannya bukan kami di kantor yang memberi masukan, tapi justru menerima nasihat dari anda semua yang paling dekat dengan petani. Walau mungkin pekerjaan kita ini hanya setitik air, kita berharap menjadi air bersih yang mempengaruhi nira sebelanga,” ungkap Wahono.
Ia juga mengingatkan kembali prinsip Bina Desa yang telah dipegang sejak berdirinya, terinspirasi dari gagasan Paulo Freire tentang pendidikan kaum tertindas. Tokoh-tokoh seperti Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sutrisno AT, dan Gedong Bagoes Oka pernah menyalakan “api” Bina Desa.
“Bina Desa sejak awal mengatakan bahwa pembangunan bukanlah pembangunan materi, melainkan pembangunan manusia. Nama Inggrisnya, InDHRRA — Indonesian Secretariat for the Development of Human Resources in Rural Areas (Sekretariat Indonesia untuk Pembangunan Sumber Daya Manusia Pedesaan). Khittah ini tidak akan berubah. Kalau kami menyimpang dari perhatian pada wong cilik, silakan jewer Bina Desa,” tegasnya.
Renstra Bina Desa 2025–2030 diharapkan menjadi kompas strategis bagi organisasi untuk terus memperjuangkan keadilan sosial, kedaulatan pangan, dan pembangunan manusia di pedesaan Indonesia (Dona)