Dengan bekerja bersama di penghujung tahun 2014, kelompok yang dibangun oleh Mbak Usrek berhasil memiliki dua areal lahan seluas 0,6 ha yang dibeli dengan usaha sendiri dengan cara mencicil. Sulitnya mendapat biaya produksi pertanian membuatnya terdorong untuk menghadirkan pangan yang sehat untuk keluarga, Mbak Usrek kemudian mengorganisir warga dusun lainnya baik laki-laki maupun perempuan untuk belajar pertanian alami.
Mbak Usrek Yang Gelisah
Mbak Usrek, begitulah ia biasa dipanggil. Dalam Bahasa Jawa Usrek berarti tidak mau diam, tidak mau tenang, gelisah-resah tak bisa melihat sesuatu yang tak baik dibiarkan. Sesuai namanya mbak Usrek memang tidak bisa diam, dan selalu gelisah. Selalu ingin mencari dan menemukan hal-hal baru dalam hidupnya—keinginannya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik bagi dirinya, keluarganya dan bagi orang lain di desanya.
Dilahirkan dari keluarga petani pada tahun 1963, keluarga mbak Usrek (52) seperti sebagian besar keluarga lainnya di desa Pasru Jambe, Jember Jawa Timur. merupakan keluarga pendatang di desa Pasru, mereka berasal dari daerah Jawa Timur Bagian Barat seperti Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar dan lainnya yang sering mengalami paceklik /kekurangan pangan pada musim kemarau karena tanahnya kurang subur. Mereka datang ke Pasru Jambe dan wilayah sekitarnya untuk memulai hidup baru karena secara geografis wilayah ini terletak di kaki gunung Semeru dan memiliki tanah-tanah yang subur dan sangat sesuai untuk bercocok tanam.
Pengalaman kesulitan pangan pada masa lalu di daerah asalnya membuat Mbak Usrek dan perempuan-perempuan di Pasru Jambe tergerak untuk mengupayakan ketersediaan pangan yang cukup untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Berkenalan dan mendapat pendidikan advokasi dan pertanian alami dari Bina Desa Mbak Usrek pun kian gigih.
Bersama perempuan-perempuan lainnya di Pasru Jambe ia pun mulai berjuang mengolah lahan di lahan “komplangan”—tanah yang kini diklaim Perhutani masuk ke dalam wilayah Kawasan Pemangkuan Hutan Probolinggo yang ditanami dengan pohon-pohon damar. Mulanya tahun 1998 berbekal keyakinan bahwa tanah tersebut merupakan objek land Reform Mbak Usrek dan perempuan-perempuan petani di Pasru Jambe membabat hutan-hutan damar tersebut secara perlahan hingga bisa ditanami dengan tanaman pangan. Di Pasru Jambe, kegiatan pertanian adalah kegiatan perempuan, yang dilakukan pada saat para suami pergi merantau, mencari nafkah di tempat lain.
Cita-cita untuk mewujudkan kemandirian petani di desanya kemudian terkendala dengan besarnya jumlah uang yang harus dikeluarkan petani untuk membiayai kegiatan mengolah lahan sampai lahan tersebut menghasilkan. Selain itu Mbak Usrek merasakan hasil tani mereka tidak dihargai dengan harga yang layak oleh pembeli. Tingginya biaya produksi disertai dengan rendahnya harga penjualan hasil panen, menyebabkan petani di Pasru Jambe, sebagian besar masuk ke dalam jeratan rentenir. Kondisi ini membuat Mbak Usrek semakin gelisah, dan selalu memikirkan bagaimana mencari jalan keluar dari permasalahan yang membelit petani.
Menguatkan Organisasi
Setelah sekian lama berusaha mencari jalan keluar sendirian, akhirnya pada tahun 2006 Mbak Usrek menemukan titik terang. Berawal dari perkenalannya dengan Forum Komunikasi Kader Perempuan Pasru Jambe (FKKP) di Tawon Songo, mbak Usrek menemukan cara-cara untuk mencapai kemandirian. Di FKKP motivasinya untuk belajar dan berubah semakin menggebu-gebu. Di FKKP dipetakan masalah masalah yang dihadapi oleh perempuan dan anak karena FKKP pada awal pembentukannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak. Di FKKP Mbak Usrek berkenalan dengan banyak teman perempuan yang kemudian membuka matanya tentang banyak hal, dan mengajak para perempuan untuk berfikir kritis. Melalui FKKP pula Mbak Usrek mendapatkan berbagai pendidikan seperti pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan kader perempuan, pendidikan manajemen usaha bersama, pendidikan politik untuk perempuan, pendidikan tentang kemandirian ekonomi, pendidikan kesehatan ibu dan anak, pendidikan perempuan dan globalisasi dan pelatihan PRA.
Setelah mengikuti pendidikan-pendidikan yang diadakan oleh FKKP, Mbak Usrek yang awalnya sedikit pemalu, dan belum punya keberanian mengemukakan pendapat di depan orang banyak pelan-pelan berubah menjadi pemberani dan lebih kritis.
Tidak ingin sendirian merasakan manfaat dari kehadiran FKKP, Mbak Usrek mengajak perempuan petani di dusun Plambang untuk membentuk kelompok sebagai wadah belajar dan berbagi ilmu bagi perempuan – perempuan petani, serta sebagai tempat untuk memusyawarahkan jalan keluar dari masalah-masalah yang selama ini dialami oleh perempuan petani yang selama ini tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dusun maupun di desa. Pada umumnya perempuan di desa Pasru Jambe merasa rendah diri, karena merasa tidak tau apa-apa dan merasa bodoh.
Perempuan petani di dusun Plambang diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi praktis yang memberikan manfaat langsung pada keluarga mereka. Sampai tahun 2008 Mbak Usrek dan tiga teman kadernya Mbak Sani, dan Mbak Wiwit berhasil membangun empat kelompok perempuan di empat dusun. Usaha-usaha bersama digagas dan dilaksanakan di tiap kelompok seperti usaha bersama “Jamu Instan”, usaha “simpan pinjam” untuk mengatasi kesulitan modal, pemasaran kopi dengan merek “Kopi Jambe”, usaha bersama “Warung” yang menyediakan barang-barang kebutuhan anggota. Beroganisasi, berkumpul dan bergerak, membuat Mbak Usrek dan teman-temannya bisa berhubungan dengan banyak orang di pemerintahan desa dan berjejaring dengan pihak lain diluar desa.
Sementara kegiatan kelompok yang digerakkan oleh Mbak Usrek dan teman-temannya mulai menguat dan semakin berkembang serta menarik perhatian perempuan lain untuk bergabung, aktifitas FKKP justeru mulai mengalami penurunan. Setelah melalui beberapa upaya perbaikan, akhirnya pada tanggal 21 Juni 2008 FKKP berubah menjadi Pergerakan Perempuan Mandiri (PPARI). Pendirian PPARI ini merupakan gagasan dari teman-teman pendamping dan teman-teman kader, supaya perempuan-perempuan di Pasru memiliki teman yang lebih banyak, dan menjadi lebih kuat karena bersama.
Hingga tahun 2011, PPARI mengalami kemajuan yang luar biasa, jumlah anggotanya mengalami peningkatan signifikan, tidak hanya berasal dari empat dusun tapi meluas ke tiga dusun lainnya di Pasru.
Namun kegiatan PPARI ini tidak cukup dikenal oleh masyarakat lain yang tidak tergabung dalam kelompok, karena kegiatan yang dilakukan lebih bersifat internal. Untuk memperkenalkan PPARI ke masyarakat Pasru Jambe dan agar PPARI memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat sekitar, maka diadakanlah “Rembug Ageng” PPARI pada tanggal 26-28 November 2011, pada kegiatan “Rembug Ageng” ini disepakati merubah bentuk PPARI menjadi federasi dengan nama “Federasi Perempuan Mandiri” yang anggotanya merupakan serikat-serikat yang ada ditiap dusun.
Gagal dan Bangun Lagi
Tahun 2013, FPARI mengalami cobaan, terjadi konflik di dalam tubuh organisasi yang tidak dapat diselesaikan karena pengaruh pihak luar yang sangat besar terhadap sebagian besar pengurus. Dengan berbagai cara mbak Usrek berusaha menyelamatkan organisasi yang sudah dibangun dengan susah payah tersebut. Selama lebih kurang satu setengah tahun, proses konsolidasi organisasi dilakukan oleh Mbak Usrek dengan mendatangi rumah tiap-tiap pengurus dan anggota. Namun sayang, FPARI tidak bisa diselamatkan karena beberapa orang pengurusnya menolak bertemu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Anggota kelompokpun banyak yang mengundurkan diri, dan kemudian membentuk organisasi baru di luar FPARI.
Tapi Mbak Usrek tetaplah mbak usrek yang resah, gelisah, tidak gampang menyerah dan patah semangat, walaupun gagal dengan FPARI perjuangan untuk mewujudkan cita-cita kemandirian sampai saat ini tetap dilakukan. Mbak Usrek berjuang terus menerus mendatangi anggota-anggota FPARI yang masih ingin melakukan kegiatan bersama dan melanjutkan perjuangan. Hingga pada pertengahan tahun 2014 lalu ada tiga kelompok di tiga dusun yang masih berkomitmen untuk bekerja dan belajar bersama dan melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan aktifitas pertanian yaitu menerapkan pertanian alami di lahan sendiri dan di lahan kelompok. Ketiga kelompok ini memutuskan bernaung dalam organisasi yang mereka namakan Persatuan Perempuan Petani Alami (PPPA). Saat ini bersama PPPA mbak Usrek berusaha bangkit dan meneguhkan kembali akan arti pentingnya kemandirian yang ingin dicapai. Dengan bekerja bersama di penghujung tahun 2014, kelompok yang dibangun oleh Mbak Usrek berhasil memiliki dua areal lahan seluas 0,6 ha yang dibeli dengan usaha sendiri dengan cara mencicil.
Sulitnya mendapat biaya produksi pertanian membuatnya terdorong untuk menghadirkan pangan yang sehat untuk keluarga, Mbak Usrek kemudian mengorganisir warga dusun lainnya baik laki-laki maupun perempuan untuk belajar pertanian alami.
Masih banyak yang akan diperjuangkan bersama, masih banyak masalah yang terbentang di depan mata, seperti masalah tanah garapan yang saat ini belum menjadi milik petani seutuhnya. Perlu waktu yang cukup panjang untuk mewujudkan cita-cita besar kemandirian petani. Jungkir balik dalam membangun organisasi dan membangun kemandirian, membuat mbak Usrek belajar banyak hal dari pengalaman-pengalaman masa lalu, satu hal yang pasti kepercayaanya pada organisasi perjuangan tak pernah pudar, usahanya kerasa untuk mendidik dan dididik oleh proses bersama di dalam organisasi dan pengalaman panjang mewujudkan kemandirian. “Tidak ada yang sia-sia, belajar pasti ada buahnya” begitu kata Mbak Usrek kerap berujar. (NEF)
Sumber :
Wawancara via telp dengan Mbak Usrek pada tanggal 25 Mei 2015
Nisya, Khoirun dalam Sabiq Carebesth, 2011, Cerita Kecil Perjuangan Perempuan di Lereng Gunung Semeru (Potret Pendampingan Bina Desa di Pasru Jambe Lumajang) dalam kumpulan tulisan Menggali Kearifan dan Menumbuhkan Kemandirian, Tulisan tidak diterbitkan, Bina Desa : Jakarta.
Artikel yang menarik sekali, memotivasi saya untuk giat belajar seperti Mbak Usrek. Karena memang pada dasarnya semakin banyak belajar, ternyata semakin kita tidak tahu, oleh karena itu perlu kembali mencari tahu dan belajar kembali.