CIASIHAN, BINADESA.ORG – Gerakan pedesaan di tingkat akar rumput memiliki dinamika yang beragam. Kekuatan individu dan arah tujuan organisasi bertemu dengan kondisi eksternal serta regulasi-regulasi yang berpengaruh menyebabkan organisasi dapat bertumbuh maju, stagnan atau bahkan menghilang.
Untuk menjamin bahwa organisasi dapat terus bergerak, salah satu faktor yang mendukungnya adalah organisasi mampu mandiri secara finansial. Beberapa organisasi menggunakan iuran anggota dan kontribusi pihak lain untuk memenuhi kemandirian finansial tersebut, sebagian organisasi lainnya mulai membangun kemandirian tersebut dengan menginisiasi usaha bersama.
Sejumlah 28 peserta wakil dari 14 organisasi komunitas mitra Bina Desa yang telah membangun usaha bersama berkumpul di Pusdik Bina Desa di Desa Ciasihan Kabupaten Bogor untuk saling belajar dan berbagi dalam Pendidikan Kewirausahaan dan Pemasaran Bersama tanggal 6-8 September 2018.
Dalam sambutannya, Affan Firmansyah, staf pendidikan dan pengorganisasian Bina Desa, menyampaikan “organisasi yang diundang saat ini adalah organisasi yang telah membangun kesadaran berorganisasi, berproduksi, dan berusaha secara kolektif. Pendidikan ini bertujuan untuk menstrukturkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masing-masing organisasi sehingga mampu berkontribusi dalam pengembangan usaha bersama.”
Secara umum peserta menyampaikan beberapa harapan dari kegiatan pendidikan ini, yaitu: kapasitas kewirausahaan organisasi komunitas, pengetahuan tentang pemasaran dan pengolahan hasil pertanian. Secara spesifik peserta juga berharap dapat belajar tentang kapasitas dan dukungan platform pemasaran online, peluang jaringan pemasaran antar organisasi dan konsolidasi produk dari skala lokal hingga cakupan yg lebih luas.
Dalam melaksanakan pendidikan, prinsip yang dibangun Bina Desa adalah co-fasilitasi sehingga proses diskusi dan materi dikelola oleh peserta secara bergantian. Pada hari pertama, Teh Dedeh dari Sukabumi, Teh Imas dari Cianjur, Kak Sujarman dari Bantaeng, Mbak Ninik dari Lumajang dan Uda Adri dari Agam dengan baik mencairkan dan mengelola kelas untuk tujuan yang disepakati bersama. Tim co-fasilitator hari selanjutnya, sembari mengikuti proses dengan tekun juga memikirkan apa yg akan ditawarkan dalam proses fasilitasi besok.
Para fasilitator juga didampingi praktisi usaha pertanian alami, Putro Kurniawan yang menyampaikan bahwa organisasi ekonomi komunitas harus membangun prinsip kewirausahaan yang kuat dan didukung oleh keunggulan produk dan strategi pemasaran yang solid.
Pada akhirnya keberhasilan proses pendidikan ini bergantung pada komitmen peserta, yang secara tegas menyatakan bersedia untuk berbagi pengalaman -keberhasilan dan kegagalan- untuk saling memperkuat praktik usaha organisasi, menuju kemandirian komunitas pedesaan.***