LUMAJANG, BINADESA.ORG – Pada 26 – 28 Januari 2019 telah dilaksanakan Pendidikan Manajemen Keuangan Keluarga dan Organisasi di Pasrujambe, Lumajang, Jawa Timur. Dihadiri 34 orang dari organisasi yang tergabung dalam KSP Region Jawa Timur, yaitu Serikat Petani Ungkalan, Paguyuban Sidomakmur, SL Sekar Tani, SL Sinar Benowo, PPNI Surabaya, dan PPNI Gresik. Perwakilan dari Bina Desa, yaitu Mardinah, Staff Keuangan dan Wigatiningsih BSC dari Koperasi Karya Insa.
Dalam pendidikan manajemen keuangan keluarga, peserta berdiskusi bagaimana cara mengelola keuangan dalam rumah tangga. Sebelumnya para peserta tidak terbiasa untuk melakukan pencatatan dan pengelolaan alur keuangan, sehingga pemasukan dan pengeluaran menjadi tidak terkontrol. Selama dua hari, para peserta belajar memilah antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi,yaitu sandang, pangan, papan sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan pelengkap, misalnya televisi, liburan dan lainnya.
Septi Nurfauzi, salah satu peserta pendidikan menjelaskan ternyata dalam rumah tangga pencatatan keuangan menjadi sangat penting. Pencatatan keuangan dimulai dengan pencatatan pendapatan rutin dan pengeluaran rutin. Hal ini agar dapat mengevaluasi pendapatan per kapita.
Kepala Desa Pasrujambe yang juga menghadiri pendidikan ini memberikan informasi terkait perhitungan pendapatan per kapita (pendapatan per penduduk). Dihitung dengan cara :
(Pendapatan Primer + Pengeluaran Sekunder Harian) x 4 Minggu = Pendapatan Per Bulan
Untuk petani dengan penghasilan non gaji :
Rata – Rata Penghasilan Tahunan (Panen) : 12 Bulan = Pendapatan Rumah Tangga per Bulan
Dalam mengevaluasi pengeluaran primer dan sekunder, kita dapat mengelola pengeluaran sekunder sebaik mungkin agar mampu menyisihkan dana untuk tabungan ataupun investasi.
Tabungan yang dimiliki rumah tangga dapat dikelola secara organisasi, misalnya dengan usaha bersama. Kita menyadari tidak semua anggota bisa usaha, jadi ada yang berperan sebagai investor, produksi, marketing.
Menurut Septi, sebelumnya, kita hanya menabung untuk diri kita sendiri. Uangnya hanya diinvestasikan untuk kepentingan pribadi, misalnya emas. Tetapi dalam diskusi kemarin, ada cara untuk mengelola uang itu, yaitu tabungan di rumah tangga dikelola oleh koperasi.
“Uang tabungan kita tetap, tapi kita dapat keuntungan dari usaha tersebut,” ujar Septi.
Selain belajar mengelola keuangan keluarga dan organisasi, kita mendapat ilmu tentang mengelola keuangan koperasi. Untuk sidomakmur sendiri, ingin diimplementasikan dalam organisasi. Adapun para peserta mendapatkan tips untuk mengelola keuangan rumah tangga, yaitu disiplin atur uang, catat setiap pengeluaran, tabungan tanpa atm, terapkan sistem amplop, buat perancangan belanja, hindari hutang, hindari persaingan gaya hidup, adanya dana yang disisihkan untuk investasi, dan upayakan pendapatan yang beragam.
Harapannya dengan adanya pengelolaan keuangan rumah tangga, maka setiap rumah tangga mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kemandirian ekonomi. ***