CIANJUR, BINADESA.ORG-Ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyuban Tunas Jaya, Desa Gandasari, Kecamatan Kadupandak, Cianjur mengadakan pendidikan pertanian alami di Kampung Nyublek. Setidaknya 20 orang ibu yang terlibat dalam pendidikan yang difasilitasi oleh Hikmat Nugraha yang biasa di panggil Imat. Pendidikan Pertanian Alami ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada 17-18 September 2016.
Pendidikan hari pertama dimulai membahas sedikit sejarah pertanian sebelum revolusi hijau dan setelahnya. “Banyak juga peserta pendidikan yang tidak paham sejarah pertanian kita karena tidak mengalami peristiwanya” ujar Imat. Proses berikutnya kami diskusi untuk memahami lebih dalam tentang pertanian alami. Mulai dengan memperkenalkan bahan-bahan yang penting dalam pertanian alami dan dilanjutkan dengan diskusi tentang siklus nutrisi dan unsur-unsur yang penting untuk tumbuhan imbuh Imat.
Kemudian pada hari kedua peserta mulai praktek pembuatan nutrisi dan mikroorganisme. Peserta menyediakan sendiri bahan-bahannya. Selanjutnya dijelaskan fungsi-fungsi dari nutrisi tersebut.
Menurut Rohaeti, Ketua Paguyuban Tunas Jaya, “Adapun tujuan dari pelatihan ini untuk membangun kesadaran petani bahwa di sekitar rumah, sawah dan kebun banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai berak (baca pupuk) dan juga sebagai obat hama”. Selain itu juga untuk melepaskan ketergantungan petani dari berak (pupuk) toko, jadi kita bisa mandiri sergah Rohaeti.
Pada akhir pendidikan tersebut para peserta menyimpulkan untuk membuat pupuk atau nutrisi kami cukup membeli gula merah sedangkan bahan-bahan yang lain dapat kami peroleh dari sekitar. Kalau dihitung-hitung dengan uang Rp 75.000 (untuk beli gula merah) bisa menghasilkan 9 jenis nutrisi tanaman. Di kampung kami banyak pohon enau sehingga bisa membuat sendiri gula merah. Artinya ke depannya kami tidak perlu lagi membeli gula merah. Hanya perlu kemauan dan kerja keras untuk memulainya.
Sementara Samsiah, salah satu peserta pendidikan, mengatakan, “Selama ini dengan luasan tanah 2.000 m2 untuk satu kali musim tanam kami harus mengeluarkan uang untuk membeli berak (pupuk) took Rp 450.000,- kalau dengan uang sebesar itu pasti banyak sekali nutrisi dan kompos yang bisa kami hasilkan. kami harus mencobanya”.
Untuk mengawal proses dan praktek pertanian alami agar lebih berkelanjutan kita membuat rancangan rencana tindak lanjut untuk dilakukan secara bersama-sama, ujar tim Bina Desa di lokasi (###).