Kunjungan Belajar Petani Indonesia ke Petani Filipina

Petani Indonesia Berbagi tentang Teknik Pertanian (Foto: Geby AP)

FILIPINA, BINADESA.ORG – Belajar hingga ke negeri cina, adalah pepatah yang masih relevan hingga kini. Semakin terbukanya akses informasi dan kemudahan untuk belajar ke tempat lain menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dewasa ini. Belajar merupakan hak semua orang, termasuk petani-petani dari Agam, Salassae, dan Karanganyar yang ingin belajar tentang kewirausahaan sosial di negara Filipina. Kesempatan hadir untuk selama 6 hari para petani belajar langsung dengan para praktisi kewirausahaan sosial dengan didampingi staf Bina Desa, Affan Firmansyah.

Kunjungan pertama adalah ke The Federation of Peoples’ Sustainable Development Cooperative (FPSDC), organisasi ini adalah federasi koperasi yang bertujuan untuk memberikan dukungan finansial dan teknis untuk anggotanya. Dengan produk utama beras organik dan gula semut, organisasi ini berhasil memasarkan produknya ke beberapa supermarket besar di Manila. Di sini para peserta diajak untuk melihat bagaimana pengolahan produk hasil pertanian dilakukan secara modern, dengan peralatan dan lingkungan yang terjaga demi memenuhi standar keamanan pangan. Setelah itu para peserta diajak untuk mengunjungi salah satu Supermarket di Manila dimana beberapa organisasi tani menyalurkan produknya. Di sini peserta melihat dan belajar bagaimana penyajian produk agar mampu menarik konsumen. Peserta juga diajak untuk melihat mekanisme kerjasama antara supermarket dengan penyalurnya.

Foto Bersama Peserta Kunjungan Belajar di Pecuaria Development Cooperative (Foto : Chris Gapuz / AsiaDHRRA)

Kunjungan ke Pecuaria Development Cooperative, Inc. (PDCI). Koperasi ini merupakan penerima manfaat program Reforma Agraria yang dimulai pada tahun 1988 di Filipina. Koperasi ini berhasil mendapatkan lahan sebesar 800 Ha pada tahun 1991 setelah berkonflik dengan pemilik lahan selama hampir 7 tahun. Tidak semua perjalanan dari organisasi ini berjalan mulus, cukup banyak anggota PDCI yang akhirnya tidak mengelola lahannya bahkan menjual ke pihak lain, namun PDCI terus mengejar mimpinya dan saat ini telah menjadi produsen dan penyedia beras organik terbesar di Filipina. Salah satu strategi pemasaran PDCI adalah menjadi anggota dari beberapa Federasi Koperasi di Filipina, bahkan bersama dengan 8 organisasi lain membentuk perusahaan pemasaran yang bertujuan untuk memperluas akses pasar bagi produk-produk anggotanya. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengembangkan produk selain beras organik yang juga diproduksi oleh anggotanya.

Peserta berkunjung ke Bicol Federation of Dairy Cooperative (BFDC). Federasi Koperasi Susu ini memfokuskan diri pada pengolahan produk-produk susu untuk mendapatkan nilai tambah bagi 7 koperasi susu primer anggotanya. Di tahun 2014, BFDS mendapatkan penghargaan dari Otoritas Koperasi Filipina sebagai salah satu koperasi dengan pendapatan tertinggi di Filipina.

Setelah kunjungan ke BFDC peserta diajak untuk mengunjungi Carmel Farm, lahan pertanian dari salah satu anggota koperasi. Di lahan seluas 1,8 Ha in para peserta banyak belajar tentang Integrated Diversified Organic Farming System (IDOFS) atau Sistem Pertanian Organik Terpadu. Disini peserta melihat bagaimana tingginya biodiversitas tanaman yang dibangun oleh pemilik lahan. Seluruh kegiatan dan fasilitasi pertanian dan peternakan yang dipadukan dan direncanakan dengan sangat baik dengan tujuan kemandirian petani, ketahanan terhadap perubahan iklim serta peningkatan pendapatan bagi petani. Para peserta juga banyak belajar tentang perencanaan lahan serta teknis pertanian dan peternakan yang difasilitasi langsung oleh pemilik lahan. Bagi sang pemilik, pertanian organik belum sempurna jika belum menerapkan sistem pertanian organik yang terpadu. Bagi peserta dari Indonesia tantangan untuk dapat menerapkan sistem yang sama adalah kepemilikan lahan yang sangat kecil di Indonesia.

Para peserta juga diajak untuk mengunjungi Cam Sur Multi-Purpose Cooperative (Cam Sur M-C). Koperasi Serba Usaha ini dimulai dari koperasi karyawan di instansi pemerintah dengan anggota sebanyak 42 orang. Dengan modal awal patungan anggotanya sebesar PHP 42,000 atau sekitar Rp. 11 juta di tahun 2000, saat ini organisasi ini memiliki asset lebih dari Rp. 100 Miliar. Cam Sur M-C bisa menjadi sebesar ini setelah para anggota pendirinya memutuskan untuk membuka pintu keanggotaan untuk para petani di provinsi Camarines Sur, provinsi tempat koperasi ini berada. Usaha simpan pinjam produktif yang dijalankan oleh organisasi ini menjadi fasilitas utama bagi petani anggotanya dalam berproduksi. Saat ini Cam Sur M-C terus berkembang menyediakan pelayanan bagi anggotanya terutama petani dangan penyediaan input pertanian dan pengembangan kapasitas yang dibutuhkan oleh petani terutama petani organik. Di tempat ini petani dari Indonesia juga berkesempatan untuk berbagi tentang teknik-teknik pertanian yang selama ini dilakukan oleh mereka.

Diskusi dengan Bernie Berondo, General Manager GlowCorp tentang strategi pemasaran (Foto: Cezar Belangel / AsiaDHRRA)

Di hari terakhir, peserta kunjungan belajar diajak ke satu-satunya perusahaan pemasaran skala nasional di Filipina yang didirikan oleh petani dan LSM. Global Organic and Wellness Corporation atau lebih dikenal dengan GlowCorp merupakan perusahaan yang didirikan oleh 8 koperasi tani dan LSM di Filipina pada tahun 2010 dengan tujuan untuk mendapatkan akses pasar terutama ke Manila. Menurut Bernie Berondo, General Manager dan salah satu pendiri GlowCorp, 7 Tahun berdirinya GlowCorp merupakan proses belajar yang terus menerus berjalan.

Glowcorp tetap menempatkan petani pada posisi tertinggi, hal ini terlihat dari porsi komisariat perusahaan yang terdiri dari 3 perwakilan petani, 1 perwakilan LSM, dan 1 perwakilan independen. Saat ini GlowCorp telah menyalurkan produk beras organic dan gula semutnya ke lebih dari 50 outlet di 16 Supermaket di seluruh Filipina. GLowCorp tidak hanya menyalurkan merk mereka sendiri ke outlet-outlet tersebut, tapi juga merk dagang organisasi tani pemiliknya dengan perencanaan yang matang sehingga tidak ada persaingan dan tumpang tindih dari produk-produk yang mereka salurkan.

Setelah GlowCorp, organisasi terakhir yang dikunjungi dalam rangkaian kegiatan ini adalah The International Rice Research Institute (IRRI). Di tempat ini peserta diajak untuk melihat dan mempelajari kemajuan teknologi pertanian terutama teknologi paska-panen. Selain diajak untuk melihat teknologi tinggi, peserta juga diajak untuk melihat teknologi sederhana yang bisa digunakan oleh petani seperti pengering mekanis dan pembersih gabah sederhana.

Seperti yang biasa dilakukan oleh AsiaDHRRA dan anggotanya, seluruh rangkaian kegiatan disimpulkan dengan refleksi dan perencanaan masing-masing negara dan ditutup dengan malam solidaritas dimana masing-masing negara saling bertukar cinderamata dan menampilkan kebudayaan mereka. Kini, antar petani dapat saling belajar dan berbagi tentang pengetahuannya, bahwa kalimat ini masilah relevan saat ini, yaitu semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. (bd023)

 

ARTIKEL TERKAIT

Belajar dari Laos: Menjaga, Mengelola Kesuburan Tanah dan Mengelola Hama Secara Alternatif

ASEAN Village Network: Penguatan Dan Dukungan Untuk Desa dari Ekonomi Hingga Lingkungan

UNDROP: Harapan Teguh atau Kenangan Lalu?

Woman and Youth Leadership Forum: Partisipasi Perempuan dan Anak Muda Bicara Kedaulatan Pangan.

Eksaminasi Publik Terhadap Putusan MK Uji Formil UU Cipta Kerja

Petani Belajar Kewirausahaan Sosial