Bina Desa

Perpangkalan dan Analisis Sosial (Refleksi Pemikiran Kartjono II)

Perpangkalan

Perlu kita ingat bersama bahwa apapun yang hendak dibangun diatas bumi suatu negeri harus mengakar secara sosial-kultural. Harus membumi. Harus mempunyai perpangkalan atau mempunyai akar sosial kultural. Semua manusia yang berada dalam bangunan, sistem yang dibangunya harus merasa “krasan” (at home). Mereka tidak  merasa asing didalam lingkungannya sendiri. Betapapun modernnya sistem yang hendak dibangun dia harus berakar pada realitas sosio kultural yang telah menyejarah. Dia bukan cangkokan dan juga bukan barang asing yang telah tercabut dari akarnya. Dia tetap sistem yang mempunyai nyawa dan semangat  suatu bangsa. Itulah sebenarnya hakekat wawasan kebangsaan.

Dan semua itu hanya mungkin terjadi kalau faktor penentu utama adalah bangsa itu sendiri. Untuk itu kebersamaan nasional dalam keaneka-ragaman bangsa yang kokoh sebagai hasil dari pengembangan sistem jaringan merupakan faktor yang amat penting.

Analisis Sosial

Tak ada yang berdiri sendiri

Segala sesuatu saling berhubungan. Tak ada yang tak saling berkaitan. Tak ada peristiwa yang berdiri sendiri. Tak ada kejadian yang tiba-tiba. Tidak ada gejala yang tanpa penyebab. Tiada realitas tanpa latar belakang;

Dalam menghadapi segala sesuatu pertanyaan kita senantiasa adalah: apa – mengapa – bagaimana. Apa adalah menunjukkan faktanya. Mengapa adalah mencari sebabnya, dan bagaimana adalah mengetahui saling hubungannya;

Dalam proses berpikir ini kita berusaha menemukan masalah sosial yang mendasar. Tanpa mengetahui masalah sosial yang mendasar tidak akan dapat mengetahui kebutuhan yang mendasar dan karenanya tidak akan dapat menjawab masalah sosial secara mendasar pula. Dengan proses berpikir demikian itu kita disebut melakukan analisis sosial.

Analisis sosial

Analisis sosial adalah usaha untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang situasi/realitas sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya;

Analisis sosial harus mengacu kepada keperpihakan/pemihakan (commitment). Jadi tidak bebas nilai. Analisis sosial sangat diwarnai oleh keperpihakan/pemihakan;

Dalam analisis sosial dan berbagai pertanyaan pokok, antara lain sejarah, struktur-struktur, nilai-nilai dan arah situasi. Karenanya kita harus mempunyai kesadaran historis untuk melihat pengaruh masa lalu yang melatar-belakangi realitas sekarang. Disamping itu kita harus memahami berbagai struktur yang membentuk realitas, misalnya lebmaga-lembaga, pola-pola, proses-proses yang merupakan faktor-faktor penentu wujud realtias sosial. Kemudian kita juga harus mengetahui nilai-nilai yang menggerakkan masyarakat. Selanjutnya kita juga harus melihat ke masa depan tentang kecenderungan (trend) masa depan dengan beranjak dari masa kini yang memberikan kepada kita wawasan tentang dinamika masyarakat. Dengan demikian terjadilah proses membedah, menelaah, merubah (transform/membaharui) realitas sosial yang ada.

Metode dasar aski – refleksi

Apapun yang kita lakukan senantiasa merupakan keterkaitan antara visi – misi – tujuan – policy – strategi dan aksi. Proses mewujudkannya dilakukan melalui metode dasar aksi – refleksi: Melakukan aksi (berbuat) – menghasilkan pengalaman – direfleksikan – menghasilkan penemuan baru – aksi (berbuat) lagi – menghasilkan pengalaman lagi – direfleksikan lagi, secara terus menerus. Oleh karena itu suatu program harus dalam keterkatian dengan visi – misi – tujuan – policy – strategi dan aksi itu. Visi adalah cita-cita luhur. Sedangkan misi adalah tugas luhur. Tujuan adalah cita-cita yang lebih nyata. Kebijakan/policy (dasar); pilihan sikap untuk mewujudkan misi. Dan strategi (dasar) adalah cara mendasar yang dipilih untuk mencapai tujuan.

Saling hubungan mikro – makro dan lokal – global

Telah sering kita dengar pula tentang keterkaitan antara hal-hal yang bersifat mikro dengan yang makro, dan lokal dengan global. Berbuat mikro berarti kongrkit/nyata/kecil, namun selalu ada hubungannya dengan hal-hal yang bersifat makro (peta besarnya). Begitu pula hubungan antara kejadian lokal dengan kejadian global atau dampak keadaan global atas keadaan lokal. Dengan demikian senantaisa ada hubungan antara yang bersifat lokal dan global. Terutama dalam era globalisasi sekarang ini tampak jelas (informasi, teknologi, ilmu dsb). Maksud dari ungkapan tersebut adalah bahwa aksi yang bersifat mikro harus senantiasa dilihat dalam konteks makro, dan aksi yang bersifat lokal juga harus dilihat dalam kerangka wawasan global.

Ideal – aktual, konseptual dan operasional

Ada pula jenis keterkaitan yang menunjukkan hubungan antara yang ideal – aktual; teori – praktek; konseptual – oeprasional; abstrak – kongkrit; rencana – realitas; ahrapan – kenyataan; impian – realitas; dan sebagainya. Persoalan kita senantiasa adalah bagaimana menyadari mana hal-hal yang bersfiat abstrak (teori, konsep, rencana, harapan, impian) dengan hal-hal yang bersifat nyata (operasional, realisasi, realitas/kenyataan) dan bagaimana menjembataninya melalui proses secara bertahap dan prospektif/terarah. (SC)

kws*Kartjono, adalah salah satu pendiri dan Direktur Ekskutif Bina Desa periode 1970-1990-an.

Scroll to Top