Produk China membanjiri pasar Indonesia, dari mulai buah-buahan sampai textile, harganya lebih murah, sementara soal kualitas bisa diperdebatkan. Seorang kawan saya di Bandung, Hasim, yang seorang pengusaha distro nyaris gulung tikar karena serbuan produk jadi beruapa pakaian, celana dan asesoris lain yang datang dari China dan harganya sangat murah.
Intinya, karena serbuan produk China ke pasar Indonesia kini bnyak pengusaha Indonesia menjadi resah. Mereka merasa tak mampu bersaing dengan produk-produk buatan China. Kemudian keluar pernyataan bahwa sebenarnya Indonesia belum siap menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) yang telah diberlakukan secara resmi pada Januari 2010.
Jika memang belum mampu bersaing seharusnya Indonesia melihat diri sendiri. Pajak ganda yang diberlakukan karena otonomi daerah, birokrasi yang berbelit, biaya keamanan dan biaya tinggi lainnya, menyebabkan harga produk Indonesia tak mampu bersaing dengan produk China.
Kebalikan dari kondisi di Indonesia, wakil Direktur Indonesia direktorat Penerangan Kementrian Luar Negeri China Ma Ji Sheng menyatakan, Pemerintah China tidak melakukan proteksi, tetepi memberikan subsidi energy (listrik), pengurangan pajak atau pajak eksport yang murah, tenaga kerjad I China pun murah sehingga China bisa menjual produk-produknya dengan harga yang bersaing.
“China hanya mengambil untung tipis, tetapi volume penjualnnya besar.” Kata Ma Ji Sheng.
“Sejak China mengembangkan reformasi dan keterbuakaan pada 1998, menurut Vice Minster The State Council Wang Zhongwei, China memang maju pesar. Namun, tetap saja tak mudah jalan kea rah kemajuan.
Menurut Wakil Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan China Sun Yuang Jiang, saat China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001, pengusaha China pun mengeluh bahwa produk mereka akan terbukul oleh produk Negara maju. “Proses Globalisasi harus kami alami. Suara yang menentang berasal dari Industri yang relative ketinggalan. Tapi, China tidak menutup diri karena tujuan kami adalah untuk mengembangkan keunggulan dan daya saing produk dalam negeri, “ Kata Sun Yuangjiang seperti dilansir harian Kompas (30/4)