Bina Desa

TOT Kajian Kerentanan Iklim: Bumi Kuat, Pangan Sehat, Desa Berdaulat

Peserta TOT Kajian Kerentanan Iklim berpose di depan ruang kegiatan

“Bak makan buah simalakama!” Begitu seorang peserta asal lumajang mendeskripsikan krisis akibat perubahan iklim yang terjadi.

Dewasa ini, perubahan iklim santer sekali digaungkan. Tak hanya orang kota, orang desa pun nyata betul mengalami krisis-krisis iklim. Melihat keresahan ini, Bina Desa menjawab dengan mengajak 4 Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) dari 4 Kabupaten di sepanjang Jawa dan Sulawesi untuk belajar sekaligus menjadi peneliti utama dalam rangkaian kegiatan Riset Aksi Partisipatoris Ketahanan Iklim Melalui Pertanian Alami. Riset yang bertujuan untuk membuktikan dan menjawab keraguan atas praktik pertanian alami melalui studi ilmiah, Apakah Pertanian Alami Mampu mejadi bentuk Adaptasi dan Mitigasi atas perubahan iklim?!

Pada rangkaian pertama dari seluruh rangkaian kegiatan dalam Riset Aksi Partisipatoris Ketahanan Iklim Melalui Pertanian Alami, Training of Trainee (TOT) Kajian Kerentanan Iklim, mengajak 16 calon peneliti utama untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menulis laporan Kajian Kerentanan Iklim di lokasi penelitian masing-masing, dalam hal ini Kabupaten Klaten – Jawa Tengah; Kabupaten Lumajang – Jawa Timur; Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba di Sulawesi Selatan. Kajian Kerentanan Iklim adalah kajian penilaian risiko bencana yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ancaman, kerentanan serta kemampuan masyarakat dalam beradaptasi atas krisis-krisis iklim yang terjadi.

TOT berlangsung selama 4 hari sejak 8 hingga 11 Oktober 2022. Bertempat di Desa Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur,  seluruh peserta dilatih membuat laporan tentang identifikasi bencana hidrometrologi, mendefinisikan matrix kalender musim, serta mengkaji potensi dan ancaman dari sudut pandang ekonomi hingga sosial dan budaya.

Metode diskusi kelompok (disko) menjadi metode utama dalam keseluruhan proses TOT Kajian Kerentanan Iklim berlangsung. Dengan tidak menghilangkan nilai utama organisasi Bina Desa, yang selalu mengutamakan Pendidikan Orang Dewasa (POD) dengan Musyawarah sebagai Ruh utamanya.

“Pelatihan kali ini isinya daging semua, saya sampai sangat kekenyangan ilmu. Nggak sabar pulang dan mempraktikkannya.” Timpal Rika, peserta asal Bantaeng saat diminta merefleksikan pelatihan yang diikutinya.

Peserta secara khusus dilatih oleh dua konsultan ahli. Ada Lily Batara, ahli pertanian alami, yang juga menulis buku saku Pertanian Alami, dan Sumino, ahli kajian iklim. Meski sesi materi satu ke materi yang lain sangat padat, karena sesi dimulai dari pagi hingga malam hari, peserta yang juga calon peneliti utama ini mengikuti semua proses dengan semangat.

Setelah pelatihan, peserta akan kembali untuk menyempurnakan data yang mereka buat di Lumajang melalui Forum Grup Discussion (FGD) dengan menghadirkan kabinet pemerintahan Desa dan warga untuk proses verifikasi data. Dari sini diharapkan proses partisipasi bermakna terjadi dan dapat membantu para peneliti utama menyusun laporan. [/RF]

Scroll to Top