BANTAENG, BINADESA.ORG – Perkembangan pertanian alami di Sulawesi Selatan dimulai sejak 2011 oleh sekelompok Petani di desa Salassae kab. Bulukumba. Petani bersepakat untuk membangun wadah organisasi bagi para Petani alami dengan nama Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (KSPS). Seiring berjalannya waktu, pertanian alami mulai disebarluaskan oleh para Petani tersebut di desa-desa lain di Sulawesi Selatan melalui wadah yang lebih besar yaitu Federasi Petani Sulawesi Selatan (FPSS). Salah satunya di kabupaten Bantaeng ketika setahun yang lalu dibentuk Serikat Petani Alami (SPA) Butta Toa yang dimotori oleh beberapa pemuda tani Bantaeng.
Pada 3 Maret 2017, SPA Butta Toa mengadakan Dialog Tani dan Refleksi 1 Tahun SPA Butta Toa yang mengusung tema mewujudkan “Pertanian Berkelanjutan dan Kedaulatan Pangan Sehat di Kabupaten Bantaeng melalui Pertanian Alami”. Acara ini di helat di rumah adat, Baruga Gantarangkeke, desa Gantarangkeke. BarangHadir dalam acara ini Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng Hj. Nurhayati, Sekjen FPSS Armin Salassa, Koordinator Pendamping Desa Kab. Bantaeng Nur Fajry, dan dari Bina Desa diwakili oleh Chaerul Umam.
Dalam Laporannya, Ketua SPA Butta Toa, Sujarman menyampaikan bahwa perkembangan organisasi selama 1 tahun ini telah mampu memfasilitasi pendidikan pertanian alami di 67 desa di 4 kecamatan. Sebagian besar pesertanya adalah pemuda tani. Hingga saat ini, praktek pertanian alami telah dilakukan pada 3 Ha sawah dan 40 Ha kebun. Produksi hasil utamanya adalah padi, kakao, dan merica. “Selain itu, anggota juga telah mampu memproduksi pangan olahan yaitu keripik pisang yang disajikan pada acara kita ini” tambah Sujarman.
Refleksi 1 tahun ini, memberikan catatan para pengurus dan anggota SPA Butta Toa telah melaksanakan tugasnya dengan baik. “Ini membuktikan bahwa SPA Butta Toa mampu melakukan penyebaran pengetahuan dan praktek pertanian alami di kab. Bantaeng” tangkas Armin Salassa..
Armin menambahkan bahwa FPSS mengusung strategi untuk memberdayakan petani pelatih untuk mengembangkan pertanian alami lintas desa dan kabupaten. Sebagai contoh Petani Butta Toa juga dilibatkan dalam fasilitasi pendidikan ke Jeneponto dan Takalar. Hal ini dilakukan selain untuk memperbesar jaringan Petani juga untuk menjadikan pendidikan sebagai budaya dalam organisasi tani.
Pertanian Alami dimulai dari Lahan Sendiri
Chaerul Umam yang mewakili Bina Desa menyatakan Bina Desa mendukung proses penyebarluasan pertanian alami dalam organisasi komunitas pedesaan seperti yang dilakukan oleh SPA Butta Toa. Kami memahami banyak inovasi dan variasi praktek pertanian alami karena itu justru membuktikan bahwa petani berkreasi dalam prakteknya. “Tentunya dengan tetap konsisten dalam tujuannya yaitu mewujudkan kedaulatan pangan”tegas Umam.
Sementara itu Sekretaris Dinas Pertanian Kab. Bantaeng ibu Hj. Nurhayati dalam sambutan mengatakan “ada 873 poktan di kabupaten Bantaeng dan tidak ada satupun generasi muda yang terlibat, harapannya SPA Butta Toa dapat mewarnai perkembangan pertanian alami dan sekaligus regenerasi petani”. Ditambahkan oleh Koordinator pendamping desa Nur Fajry “Pengalaman baik ini harus didokumentasikan sehingga semangatnya bisa ditularkan kepada publik”.
Kedepannya SPA Butta Toa berkomitmen untuk terus mengembangkan praktek pertanian alami di desa-desa lain di Kabupaten Bantaeng. Staretginya dengan penguatan koordinasi dan pendampingan di tingkat basis, serta menginisiasi pembangunan training center dan rumah produksi untuk mengelola pengetahuan dan hasil produksi anggota.(###)