Bina Desa

Semangat Berbagi Membangun Desa

Suasana diskusi pengorganisasian dan pengenalan media advokasi di Desa Panglungan, Jombang, Jawa Timur (Foto : Bina Desa/John Erryson)

JOMBANG, BINADESA.ORG – Pendidikan Orang Dewasa (POD) sebagai metode yang digunakan untuk penguatan organisasi petani dalam kegiatan refleksi dan pelatihan pengorganisasian petani serta pengenalan media advokasi untuk mendukung pendukung penguatan organisasi petani di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY.

Dalam acara yang diselenggarakan Bina Desa di sekretariat Sekolah Lapang Usaha Sejahtera Bersama (SL USB) di Dusun Dampak, Desa Panglungan Kecamatan Wono Salam Kabupaten Jombang. Mengusung metode POD sebagai metode yang mampu mampu mendorong peserta untuk saling berbagi ilmu dari pengalaman yang didapat dan menjadikan alam raya sebagai materi sekolah.

Dalam pertemuan penguatan organisasi petani ini, peserta menyetujui bahwa semangat bebagi dan bekerja sama menjadi salah satu hal yang harus kembali dikembangkan. Baik saat dalam forum maupun setelah kembali ke daerah masing-masing.

John Erryson mengatakan metode yang mengusung kebersamaan itu dianggap sebagai salah satu usaha memajukan kembali desa. “Kerja sama harus dimengerti dan dilakukan oleh setiap individu. Nilai itu juga menjadi salah satu barometer untuk melihat majunya suatu desa dan bangsa. Kunci pembangunan bangsa ini tidak bisa lepas dari semangat berbagi dan bekerja sama,” pungkas John.

Metode POD juga dijadikan sebagai metode yang menjunjung musyawarah tanpa ada salah satu individu atau kelompok yang mendominasi. Dalam metode ini setiap peserta harus semangat berbagi ilmu yang telah didapat dari pengalaman pertanian tanpa melihat umur atau jenis kelamin.

“Kalau anak kecil dapat sekolah di satu gedung dan hanya beberapa guru, berbeda dengan pendidikan orang dewasa ini, semua orang bisa menjadi guru dan alam raya menjadi materi sekaligus ruang kelas,” tambah John.

Hal yang sama diungkapkan oleh Faridha, ia mengatakan dalam hidup bernegara seharusnya konsep POD juga harus diterapkan. Semuanya harus dilakukan dengan semangat berbagi dan bekerja sama. Ia mengatakan konsep ini layak dilakukan oleh pejabat negara melihat saat ini banyaknya pejabat negara yang tidak punya semangat berbagi, mereka lebih memilih kaya sendiri dengan korupsi.

“Memang mereka hafal pancasila tapi tidak bisa menggunakan sebagai jalan hidup. Maka sampai kapanpun negara ini akan tetap terbelakang kalau sifat individu pejabat negara kita masih korup,”ungkap Faridha.

Ia menambahkan konsep gotong royong yang dulu sangat kental oleh masyarakat kita, sekarang hanya tinggal pidato. Selain pancasila, lagu Indonesia Raya hanya lantang dinyanyikan dalam upacara kenegaraan dan kegiatan formal, tapi tidak ada semangat menggelora dalam menjalani dalam kehidupan sehari-hari.

“Masyarakat desa harus secepatnya mendidik pejabat yang ada di kota-kota untuk membangun desa, membangun bangsa,” tambah Ida.

Semangat membangun desa dengan konsep berbagi sangat didukung oleh kelompok petani, seperti yang diungkapkan oleh Hertogen Gino dari kelompok tani Kulon Progo Yogyakarta. Ia mengatakan sangat beruntung ada forum yang masih menjunjung tinggi kerjasama seperti ini, sebab disinilah kekuatan masyarakat Indonesia.

“Di Jogja khususnya Kulon Progo telah menerapkan beberapa konsep yang menjunjung nilai gotong royong antara warga dan antar alam baik ekonomi maupun pertanian, diantaranya pupuk hayati 60%-40%, belanja dan membeli produk masyarat asli (Bela-beli) Kulon Progo, Membuat embung, obat hayati (alami), dan toko milik rakyat.(Tomira),” kata Gino. (bd045IM)

Scroll to Top