Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kesadaran masyarakat akan pentingnya produk pertanian yang sehat kembali tumbuh dan telah membuat sebagian petani kembali kepada praktek pertanian alami. Banyak yang mulai kembali memanfaatkan limbah kotoran hewan ternak dan sampah busuk yang diolah menjadi kompos. Komunitas ini mengusung istilah yaitu pertanian organik. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan istilah ini, hanya saja pertanian jenis ini lebih membutuhkan modal dan cara yang modern. Misalnya, istilah hidophonic dan Hidrogel dan lain sebagainya. Besarnya modal yang dikeluarkan untuk pertanian jenis ini, membawa dampak tingginya harga jual produk hasil pertanian sehingga pertanian ini hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi.
Pada hari Sabtu tanggal 19 Oktober 2019 bertempat di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-awar Kecamatan Pasirian, kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Komunitas Petani yang tergabung dalam KSP Region Jawa Timur telah menyelenggarakan kegiatan sarasehan dan pameran produk pertanian alami. Pantai Watu Pecak dipilih sebagai lokasi dengan alasan bahwa bagi warga Selok Awar, Pantai Watu Pecak adalah sebuah ikon daerah yang khas dengan pasir besinya yang bernilai jual tinggi dan sempat menjadikannya viral karena kasus penambangan dan salim Kancil.
Kegiatan ini mengusung tema “Mengembalikan Citra Pertanian Indonesia yang Berdaulat” dan bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai sistem pertanian alami yang berdaulat. Perlu disadari bahwa terdapat perbedaan antara sistem pertanian organik dengan sistem pertanian alami. Secara prinsip, sistem pertanian organik mengutamakan unsur “profit” atau keuntungan pasar, sedangkan sistem pertanian alami mengutamakan benih lokal masyarakat dan kemandirian dalam pemenuhan pangan lokal yang berkelanjutan.
Hadir pada kegiatan tersebut, kelompok tani mandiri yang berasal dari Jombang, Jember, serta Lumajang. Adapun narasumber yang hadir adalah Bapak Bambang Wijanarko dari Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Affan Firmasyah dari Bina Desa, dan perwakilan tani yaitu Bapak Sodik dari Kabupaten Kudus, serta Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Kabupaten Lumajang.
Kegiatan Sarasehan dan Pameran Pertanian Alami ini dibuka oleh Cama Kecamatan Pasirian Bapak Dondy Suharto, SIP, M.Si. Diskusi yang berlangsung selama satu setengah jam tersebut mengulas pentingnya masyarakat untuk sadar akan pemenuhan pangan pada sektor desa dan rumah tangga. Petani lokal dituntut harus mampu memenuhi kebutuhan pangan di wilayahnya masing-masing. Andil perempuan sebagai unsur yang mampu berperan serta dalam pemenuhan pangan dan gizi keluarga dan berbasis gender juga patut untuk diperhatikan. Pemerintah dituntut untuk mendukung dan memfasilitasi masyarakat menuju sistem pertanian berkelanjutan yang mengedepankan kearifan budaya lokal, bukan sistem pertanian yang bergantung pada sistem kapitalis. Artinya, sistem pertanian ini dari, oleh dan untuk rakyat.
Sarasehan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran di komunitas akan pentingnya memulai pertanian alami. Laskar Samudra sebagai tuan rumah dari kegiatan Sarasehan dan Pameran Pertanian Alami bahkan dengan siap menyediakan lahan pekarangan rumah sebagai langkah awal aksi untuk menuju pertanian alami.
Dalam kegiatan tersebut pun dipamerkan hasil olahan produk pertanian lokal. Misalnya dari Jombang membawa tiwul, ampok, kopi, dan samiler, Lumajang diwakilkan oleh Laskar Samudra yang menampilkan keripik koma dan garangan, serta MA Sunan Giri sebagai petani pelajar menampilkan produk kerajianan tangan perahu layar dari bambu. Harapannya, kegiatan semacam ini akan terus diadakan untuk terus menularkan sistem pertanian alami untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat pangan. (Septi Nurfauzi)