Bina Desa

Rembug Rakyat Desa di Kawasan Rawa Lebak

Pembukaan Rembug Rakyat Desa Region Sumatera di Desa Bangsal oleh anak-anak petani PAUD Ibnul Fallaah (Foto: Bina Desa/Gina Nurohmah)

OGAN KOMERING ILIR , BINADESA.ORG– Rembug Rakyat Desa akan menjadi sebuah media yang digunakan dalam berbagai kegiatan, menurut Koordinator Umum Bina Desa, Mardiah Basuni. Rembug menjadi point penting, yaitu dapat diartikan musyawarah. Bahwa Kita berunding dengan situasi dan kondisi desa kita, apa yang dimaksud dengan desa, siapa yang ada di dalam desa, dan bagaimana desa kita sekarang ini, pungkasnya di pembukaan rembug rakyat desa di warungbanten,Banten September silam.

Kini, dengan bertema “Realisasi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani/Nelayan serta Pembangunan Desa” Rembug Rakyat Desa Region Sumatera diselenggarakan di Desa Bangsal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Terselenggara atas kerjasama Bina Desa dengan Pemerintah Desa Bangsal, dan INAGRI. Rembug yang dimulai dengan semiloka (seminar dan lokakarya) pada pertengahan oktober lalu dihadiri oleh M. Hasan (Kepala Desa Bangsal), Achmad Yakub (Koordinator Bina Desa), JJ Polong (Dosen Fakultas Pertanian UNSRI), dimoderatori oleh Syahroni (Direktur INAGRI) dan dibukanya kegiatan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ir.Syarifudin SP.

Syarifudin memberikan penjelasan bahwa Kabupaten OKI merupakan kabupaten terluas di Provinsi Sumatera Selatan dan rata-rata masyarakatnya mengkonsumsi nasi hasil panen petani itu sendiri. Kepala Dinas KPTPH menjelaskan bahwa adanya program pemerintah untuk asuransi lahan pertanian, adanya pupuk bersubsidi yang murah, dan program bantuan pemerintah yang membantu petani membuat kepala dinas KPTPH ini menyatakan bahwa program pemerintah Kabupaten OKI meningkatkan kesejahteraan rakyat desa.

Namun, hal tersebut direspon oleh JJ Polong, akademisi dari UNSRI. Menurutnya dengan bantuan yang melimpah jangan sampai disalahgunakan oleh petani dengan suatu tujuan dan pemberdayaan pun menjadi sorotannya. Beliau mengingatkan pada peserta yang hadir bahwa suatu program jangan membuat ketergantungan pada petani sehingga menjadikan suatu masalah baru. Menurutnya dulu pertanian kita dikenal dengan bertani dengan seni dan sekarang sudah hilang karena diganti dengan nama agribisnis yang berbisnis dalam sektor pertanian.

Pembicara semiloka dari kiri : Syarifudin, M. Hasan, Syahroni, Achmad Yakub, dan JJ Polong (Foto: Bina Desa/Gina Nurohmah)

Inisiatif Desa Membangun
M Hasan selaku Kepala Desa Bangsal melihat sektor pertanian dan adanya UU Desa dan UU Perlindatayan adalah suatu hal yang memberikannya peluang lebih besar untuk kesejateraan masyarakat desa, yaitu baginya peranan desa kedepannya adalah keamanan sektor desa yang bisa melindungi kawasan desa yang bisa dinikmati masyarakat Desa Bangsal. Ini terkait juga dengan cita-cita Desa Bangsal yaitu salah satunya menjadi desa wisata yang berbasis agroekologi dan kerbau rawa lebak. Hal ini berhubungan dengan potensi Desa Bangsal yaitu rawa lebak, kerbau rawa, padi rawa, dan lainnya. Sehingga menjadi penting untuk kebutuhan tata ruang desa agar dapat mengatur letak sektor-sektor yang dapat tertata dengan baik.

Dalam seminar tersebut dibungkus oleh Koordinator Bina Desa, Achmad Yakub. Menurutnya desa agroekologis wisata yang akan digarap oleh Desa Bangsal haruslah dinikmati oleh semua pihak, bukan hanya segelintir masyarakat desa saja. Dengan adanya UU Desa memberikan peluang yang lebih besar untuk desa mampu mengurus desanya sendiri. Demikian juga mengenai kebijakan pertanian alami bisa didorong peraturan desa (perdes) melalui musyawarah desa agar holistik.

Kegiatan seminar tersebut dilanjutkan dengan lokakarya yang juga dihadiri oleh petani dari region sumatera dan aceh, turut berpartisipasi pula masyarakat Desa Bangsal dan santri dan santriwati ponpes Ibnul Fallaah. (bd031)

Scroll to Top