Bina Desa

Reforma Agraria Presiden Jokowi, harus disambut dengan Organisasi Tani Yang Kuat

Yamini, salah satu fasilitator dalam pendidikan paralegal di Ungkalan, pendidikan adalah cara meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para kader dan pengurus organisasi untuk pelaksanaan reforma agraria (Foto: Bina Desa)

JEMBER, BINADESA.ORG– Serikat Petani Ungkalan (SPU) merupakan anggota SEKTI, yang selama ini mengupayakan mendapatkan legalitas atas tanah yang dikelola juga mengembangkan pertanian alami untuk budidaya pertaniannya.  SPU sendiri berada di Dusun Ungkalan, Kecamatan Ambulu, Jember Jawa Timur.  Selama beberapa tahun terakhir ini petani di Ungkalan terus berupaya memperkuat organisasi untuk menyambut program Reforma Agraria Presiden Jokowi.

Selain sebagai wadah untuk membangun kekuatan, sebuah organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan dari orang-orang  yang bergabung didalamnya.  Organisasi juga berfungsi sebagai tempat untuk belajar memahami kondisi sosial tertentu, cara meningkatkan ketrampilan, atau memahami nilai-nilai kemanusian.  Untuk itu menjadi penting bagi penggerak organisasi  memiliki kemampuan mengelola organisasi sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Menyusun visi dan misi, menetapkan strategi dan menentukan kegiatan, mengenal prinsip dan menentukan aturan untuk mencapai tujuan bersama.

Untuk itu SPU mengadakan pendidikan paralegal bagi kader organisasi yang diharapkan akan memberi pengalaman dan ketrampilan bagi kader-kader  petani dan pada akhirnya mampu mendorong adanya perubahan bagi organisasinya secara bertahap. Dengan di Fasilitasi oleh Yani dari Serikat Petani Pasundan (SPP), Yamini (pengacara muda), Mardiah (kepala Sekolah Pedesaan/SEPEDA Bina Desa) dan Ahmad Sofyan (petani dan usahawan desa) memperlancar musyawarah yang dilakukan petani di Ungkalan.

Mardiah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan ini adalah menambah pengetahuan kader terkait reforma agraria, analisis sosial dan ketrampilan dalam mengelola organisasi. “Terakhir yang tak kalah pentingnya yaitu melakukan advokasi memperjuangkan hak atas tanah” tambah Mardiah

 

Para Peserta pendidikan berfoto bersama diakhir sesi (Foto: Bina Desa)

Perkuat Organisasi Untuk Melaksanakan Reforma Agraria

Perjuangan dalam kasus tanah membutuhkan stamina yang kuat bagi kader-kadernya karena tidak hanya membutuhkan waktu  yang cukup lama namun juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit sekaligus membutuhkan kader yang kuat pemahamannya mengenai aturan hukum yang mendukung perjuangan ini. Pendidikan di kelompok basis adalah salah satu strategi yang dirancang untuk menyiapkan kader petani memahami persoalan sekaligus potensi pemecahannya.

Menurut Ahmad Sofyan, penguatan organisasi untuk memecahkan persoalan implementasi reforma agraria. Sumber daya insani yang mumpuni, pengkaderan pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berkeadilan. “Strategi yang di siapkan oleh SPU dalam menghadapi Perhutani agar lahan yang telah dikuasai dan kelola masyrakat menjadi Tanah Objek Reforma Agraria” Tegas Sofyan. Senada dengan Sofyan, Yamini juga dalam fasilitasinya mengungkap pentingnya kemampuan paralegal bagi petani untuk membela dirinya sendiri dan organisasinya.

Pendidikan dan kondolidasi ini dihadiri kurang lebih 75 orang saat sessi malam hari. Namun untuk sessi pagi saapai sore dihadiri antara 15-20 orang, karena aktivitas pertanian dan lainnya yang tak bisa ditinggalkan. Yani menjelaskan proses pendidikan dengan berdiskusi tentang kekuatan dan kelemahan organisasi khususnya dalam hubungan komunikasi/koordinasi antar pengurus. “Memang dari hasil diskusi pengurus dan anggota saling mengakui masih banyak kelemahan, namun juga kemajuan yang telah dicapai” Ujar Yani.

Menutup acara pemuda pemudi desa mempersembahkan tarian kuda kepang (Foto: Bina Desa)

Menutup acara pendidikan ini, diramaikan dengan tari Jaran kepang atau Jathilan oleh anak-anak muda Ungkalan. Seperti diketahui Jathilan merupakan salah satu tarian yang tua di Jawa. Tarian ini memberi pesan tentang keberanian pantang mundur prajurit dimedan laga dalam memenangkan perjuangan. Penari menggunakan kuda tiruan biasanya dibuat dari kulit atau anyaman bambuyang disebut dengan kuda kepang, diiringi alat musik  ketipung, bonang dan slompret. (bd018/bd021)

Scroll to Top