JENEPONTO, BINADESA.ORG – Perempuan Pedesaan Sulawesi Selatan mengadakan pertemuan Refleksi Persaudaraan di Desa Arungkeke, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Diikuti oleh 25 perempuan petani dan perempuan nelayan dari Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba. Kegiatan ini dilaksanakan oleh TiME Indonesia dan Bina Desa pada 24-26 April 2018.
Rembug perempuan pedesaan di Sulawesi Selatan telah mendasari sebuah gerakan. Lebih tepatnya, gerakan perempuan yang harus berkesinambungan dan berjejaring. Inilah momentum lahirnya sebuah komitmen awal bahwa perempuan pedesaaan penting teroganisir dalam sebuah gerakan organisasi rakyat.
Irmawati Dg So’na, Ketua TiME Indonesia menyampaikan refleksi ini penting guna merefleksikan aksi dalam memperjuangkan hak-hak perempuan petani dan perempuan nelayan, terutama dalam mengawal konflik sumber daya alam di berbagai sudut Sulawesi Selatan.
Menurut Rusda, peserta dari Bantaeng, kegiatan yang juga mempertemukan dengan kawan perempuan se-sulawesi selatan ini digunakan untuk diskusi hal-hal yang menjadi kendala di pergerakan. “Refleksi ini juga saling menginspirasi di antara perempuan pedesaan yang hadir,” ucap Nurhalija dari SEPAKAT Takalar.
Mardiah Basuni, Koordinator Bina Desa yang juga menjadi fasilitator dalam refleksi tersebut menegaskan langkah yang telah diambil sudah selangkah lebih maju.
“Dengan lahirnya organisasi-organisasi rakyat perempuan yang peduli pada isu-isu perempuan dan lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah perempuan petani dan perempuan nelayan. Perempuan pedesaan Sulawesi Selatan telah bergerak lebih maju,” tuturnya.***