Bina Desa

Rakyat Pesisir & Kedaulatan atas Pangannya

Jeneponto – Peserta dan fasilitator workshop Kedaulatan Pangan pesisir di Desa Arungkeker, Kabupaten Jeneponto (Dok. Yayasan Bina Desa/Rayhana Anwarie)

Yayasan Bina Desa Sadajiwa bekerjasama dengan TiME Butta Lamberang dan Kelompok Nelayan Sipitangngari melaksanakan Workshop Kedaulatan Pangan Pesisir di Desa Arungkeke Kabupaten Jeneponto, Sulwesi Selatan pada tanggal 23-26 Oktober 2019.

Kegiatan ini dihadiri sebanyak 30 peserta dari Desa Pesisir yakni Desa Laikang, Topejawa, Banyuanyara, Pulau Tanakeke, Arungkeke, Arungkeke Pallantikang, Palajau, dan Rappoa. Masing-masing dari Kab. Takalar, Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng.

Pada kesempatan ini selain  mengajak peserta untuk melakukan kunjungan lapangan secara langsung, John Pluto Sinulingga selaku fasilitator juga mengajak peserta mencatat pangan-pangan pesisir yang ada dimasa lampau, saat ini dan juga meminta peserta untuk mendiskusikan pangan masa depan yang mereka bayangkan seperti apa. Uniknya dari empat kelompok diskusi mereka menuliskan pangan masa depan bukan lagi pangan seperti yang dikonsumsi saat ini tapi akan didominasi menu makanan instan yang diproduksi pabrik-pabrik korporat dan impor, alasan mereka sederhana masyarakat kita cenderung konsumtif dan terpengaruh pasar bebas yang tidak bisa diatur secara adil dalam sistem pemerintahan di negeri ini sehingga kedaulatan pangan menjadi topik menarik bagi mereka untuk menjadi gagasan diskusi-diskusi di pesisir sebagai salah satu solusi fundamental untuk tetap mempertahankan pangan-pangan lokal yang ada terutama di desa pesisir. Hal ini dipertegas dengan sebuah materi terkait regulasi dari Chaerul Umam, yakni Undang-undang Nomor 13  Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dan Nelayan.

“Setelah mengikuti workshop pangan pesisir saya yang dulunya tidak begitu peduli dengan kedaulatan pangan dan hanya menginginkan makanan serba instan tetapi setelah mengikuti pelatihan pangan saya tersadar bahwa yang alami itu lebih baik daripada makanan serba instan”, tutur Dewi selaku alumni peserta Workshop Kedaulatan Pangan dari Desa Topejawa.

“Saya langsung GILA (Gagasan Ide Langsung Aksi) dan memanfaatkan pekarangan rumah untuk di tanami sayuran dan beberapa tumbuhan yang menjadi kebutuhan sehari-hari”, tambahnya.

Organisasi rakyat pesisir sangat dibutuhkan untuk menjadi sebuah wadah aspirasi sekaligus menjadi tempat belajar bersama untuk menemukan solusi dari persoalan-persoalan yang dihadapi dan bagaimana rakyat pesisir bisa berdaulat atas pangannya. Sebagai kader rakyat pesisir, penting untuk melakukan sebuah upaya untuk menguatkan Organisasi Rakyat Pesisir secara mandiri dan berdaulat bahwa tidak ada keinginan yang tercapai tanpa kita melakukan. (Irmawati, 2/12/2019)

Scroll to Top