FILIPINA, BINADESA.ORG – Enam perwakilan petani dari Indonesia bertolak ke Filipina pada akhir November silam dengan didampingi oleh Affan Firmansyah, Staf Bina Desa. Enam petani ini merupakan perwakilan dari Komunitas Petani Alami Agam (Afdhal dan Erliati), Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (Arman dan Jusmani), dan KSU Ngudi Makmur Karanganyar (Paiman dan Wagiya). Mereka mempelajari pemasaran serta kewirausahaan sosial pertanian dengan komoditas utama beras organik.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh AsiaDHRRA (Asian Partnership for the Development of Human Resources in Rural Asia) ini bertema “Kunjungan Belajar untuk Produksi, Pemasaran, dan Kewirausahaan Beras Organik dan Peternakan”. Mags Catindig dari AsiaDHRRA dalam pembukaannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas teknis dan organisasi petani serta meningkatakan produktifitas mereka yang diharapkan dapat berkontribusi dalam usaha mengentaskan kemiskinan di pedesaan.
“Metode inti dari kegiatan ini adalah interaksi langsung untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan praktik baik antar petani di wilayah ASEAN” pungkas Mags.
Selama 6 hari, peserta dari 5 negara ini berkunjung ke 6 lokasi untuk belajar dari pengalaman para praktisi kewirausahaan sosial secara langsung. Yaitu berkunjung ke ke The Federation of Peoples’ Sustainable Development Cooperative (FPSDC), Pecuaria Development Cooperative, Inc. (PDCI), Bicol Federation of Dairy Cooperative (BFDC), Cam Sur Multi-Purpose Cooperative (Cam Sur M-C), Global Organic and Wellness Corporation atau lebih dikenal dengan GlowCorp, dan di hari terakhir berkunjung ke The International Rice Research Institute (IRRI). Di hari kedua para peserta pun sempat menghadiri acara IYFF +3 KLMPE (International Year of Family Farming +3, Knowledge Learning Market and Policy Engagement) di Kantor Pusat Asian Development Bank, Pasig City, Manila.
Acara IYFF +3 KLMPE merupakan forum di mana para petani di Filipina berkumpul bersama untuk saling berbagi dalam 5 tema utama yaitu: Reforma Aset, Ketahanan terhadap Perubahan Iklim, Kekuatan Pasar, Kelembagaan Tani, serta Pemuda dan Gender. Setelah berbagi pengetahuan dan pengalaman, para peserta kemudian diajak berdiskusi untuk merumuskan usulan kebijakan nasional yang di akhir sesi disodorkan kepada perwakilan pemerintah yang hadir. Acara ini pertama dilakukan pada tahun 2013 yang kemudian rutin dilakukan setiap tahun dan telah menghasilkan beberapa produk kebijakan penting yang berpihak kepada petani.
Affan Firmansyah dari Bina Desa menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan yang sangat penting untuk para petani melihat cakrawala lebih luas dan juga untuk mundur selangkah agar belajar untuk melihat secara keseluruhan apa yang mereka miliki dengan cara membandingkan dengan apa yang petani lain lakukan.
“Kegiatan ini dapat membuka perspektif baru bagi petani tentang praktik-praktik produksi, organisasi, dan pemasaran yang bisa mereka lakukan di organisasi masing-masing. Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan solidaritas antar petani di Asia Tenggara.” Ujar Affan. (bd023)