INDRAMAYU, BINADESA.ORG–Serikat Nelayan Indonesia (SNI) bekerjasama dengan Bina Desa mengadakan kegiatan refleksi pengorganisasian, kunjungan ke komunitas nelayan Indramayu. Juga pendidikan kader pengorganisasian masyarakat dan di rangkai dengan workshop mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani dan nelayan. Refleksi Pengorganisasian dan pendidikan kader ini dilakukan untuk “menjahit” dan memperkuat pelaku-pelaku pengorganisasian dari tiga region yaitu Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam pengorganisasian atau pendampingan komunitas. Selain itu juga meningkatkan kepekaan sosial dalam membangun dan memperkuat kelompok atau organisasi petani dan nelayan dalam Pengarus Utamaan Gender/PUG. Terakhir, meningkatkan kemampuan dalam memetakan situasi kondisi mikro makro yang saling berhubungan sebagai sistem, meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi dan tugas pendamping danatau kader.
Kegiatan ini dilaksanakan pada medio Maret 2017 lalu di Indramayu, Jawa Barat. Di hadiri pelaku pengorganisasian dari berbagai latar belakang, yakni petani, nelayan, mahasiswa, pekerja sosial dan lainnya yang berasal dari Jawa, Sumatera dan Sulawesi, jumlah total 50 orang. Aktivitas refleksi dan pendidikan serta workshop ini difasilitasi oleh Mardiah kepala sekolah pedesaan (SEPEDA) Bina Desa, Tsanil Yasfin, John Erryson, Achmad Yakub dan John Pluto Sinulingga. Sedangkan narasumber tentang globalisasi dipandu oleh Bapak Suwarto Adi dari Salatiga, pembina Bina Desa.
Salah satu strategi pengorganisasian yang dilakukan oleh Bina Desa adalah mempengaruhi dari luar yang diwujudkan dalam proses pengorganisasian masyarakat marjinal di pedesaan. Proses pendampingan atau pengorganisasian merupakan serangkaian kegiatan memfasilitasi kelompok/organisasi petani-nelayan di pedesaan. Hal ini dilakukan dalam rangka transformasi kesadaran untuk meningkatkan kemandirian dari segala aspek kehidupan sosial-ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan lingkungan atau disebut dengan komunitas swabina pedesaan. Cara yang ditempuh dengan dialogis sesame subjek. Pendampingan sebagai sebuah konsep dan pendekatan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan Bina Desa.
Keberhasilan pengorganisasian sangat dipengaruhi oleh sosok pendamping atau dalam istilah aslinya disebut Community Organizer (CO) dan atau Kader. Komitmen dan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para kader memiliki peran besar dalam proses peningkatan kesadaran kritis bagi komunitas (conscientization/community empowerment).
Dialog untuk Memperteguh Pengorganisasian Masyarakat
Alur dari rangkaian pendidikan dan workshop dimulai dengan refleksi pengorganisasian, memotret kondisi dan situasi desa kekinian, sekaligus juga melihat fenomena apa saja yang sedang terjadi di desa.
Melakukan analisa bersama tentang kondisi dan situasi desa-desa yang telah dipotret. Hasil analisa ini nantinya akan dikaitkan dengan kerja-kerja pengorganisasian yang telah dilakukan para kader sampai nanti ada perencanaan sementara dari refleksi pengorganisasian ini. Berikutnya semua peserta akan dihadapkan langsung dengan kondisi dan situasi yang nyata dengan melakukan kunjungan ke komunitas nelayan Dadap, Kabupaten Indramayu.
Hari berikutnya kegiatan diawali dengan pengayaan materi Globalisasi yang dibawakan oleh Bapak Suwarto Adi. Selepas sholat jumat dan makan siang, masuk materi ke-bina desa-an dan pengorganisasian.
Membuat rencana aksi untuk mendorong perlindungan dan pemberdayaan petani dan nelayan diperkuat dengan kesadaran peran dan fungsi kader dalam melakukan pengorganisasian komunitas pedesaan. Sesi ini diakhir dengan peserta diminta untuk membuat perencanaan bersama. Salah satu yang penting dari kegiatan ini adalah terbentuk jaringan komunikasi antara pelaku pengorganisasian. Terakhir dilakukan evaluasi dan penutupan kegiatan. (bd018 dan bdk030jps)