BINADESA – Jaringan Belajar Indonesia Learning Exchange Program (ILEP) – People Led Development (PLD) melaksanakan Lokakarya Kaji Tindak Partisipatif dan Workshop Videografi yang merupakan rangkaian pembelajaran secara menyeluruh mitra-mitra kerja jaringan Miserior di Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan berlangsung selama 6 hari dengan melibatkan 6 mitra organisasi di seluruh Nusa Tenggara Timur, diantaranya: Yayasan Pengembangan Kemanusian (YPK) Donders, Sumba Barat Daya; Yayasan Tananua, Ende; Wahana Tani Mandiri, Maumere; Yayasan Mitra Tani Mandiri, Timor Tengah Utara (TTU); Yayasan Bina Desa, Jakarta; dan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Manggarai Barat, sebagai tuan rumah pelaksana. Dengan total kader yang terlibat sebanyak 24 orang.
Selain bertujuan melanjutkan rencana kegiatan ILEP PLD dan meningkatkan pengetahuan serta kapasitas kader, pendidikan ini juga dimaksudkan untuk membekali masing-masing organisasi agar mampu melaksanakan dan mendampingi komunitas dengan pendekatan Kaji Tindak Partisipatif dalam melakukan kerja-kerja untuk desa masing-masing.
Gabriella Uran, Direktur Yakines, menyebutkan bahwa ajang jaringan belajar ILEP-PLD ini menjadi ajang untuk saling berbagi praktek cerdas antar lembaga dan kader komunitas serta proses-proses advokasi hingga mempengaruhi kebijakan dari tingkat desa sampai Kabupaten.
Hendrikus Tefa, kader komunitas asal Sikka mengatakan, “Saya senang diajak mewakili komunitas untuk hadir di kegiatan ini. Disini saya bisa belajar dan dengar kisah petani-petani lain dari Maumere, Ende, dan Sumba. Di kegiatan kunjung lapang juga saya jumpa dengan benih yang saya pikir sudah punah. Karena saya tau tanaman itu terakhir kali adalah ketika saya masih sangat kecil.”
Tak hanya laki-laki, kegiatan ini juga dihadiri oleh banyak kader-kader perempuan dan anak muda. Kasmawati, kader perempuan nelayan Jeneponto, bahkan menuturkan semangatnya mengenal Kaji Tindak Partisipatif (Participatory Action Research – PAR), “Saya ingin segera mengimplementasikan ilmu terkait PAR di komunitas, sebagai bonus bahkan saya belajar bagaimana video dapat digunakan sebagai alat advokasi komunitas.”
PAR sebagai jantung PLD harus terus dikerjakan dimasing masing komunitas dan menjadi spirit dan model dalam penguatan Komunitas komunitas yang selalu hidup dalam ruang dan waktu pembangunan komunitas desa. Desa menjadi wadah dan habitat hidupnya PLD dengan Komunitas sebagai aktor penggeraknya. [RF]