8 Maret boleh menjadi salah satu hari penting bagi sejarah kaum perempuan. Berawal dari 8 Maret 1917 atau 95 tahun yang lalu, setelah perjuangan panjang yang tidak hanya bercampur peluh dan keluh lelah tetapi juga darah sebelum warga dunia baik laki-laki dan perempuan kemudian mencatatnya sebagai sebuah tonggak yang diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia; saat dimana perempuan memperoleh (kembali) keberadaanya, kebebasan dan keadilannya.
Hari Perempuan Sedunia merupakan kisah perempuan-perempuan biasa seperti kita juga, hanya daya juang, kesadaran dan vitalitetnya atas nilai keberadaan diri, kebebasan dan memperjuangkan keadilan di dalamnya lah yang menjadikan hari itu dan perempuan-perempuan itu menjadi luar biasa; sebuah perjuangan berabad-abad lamanya untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat seperti juga kaum laki-laki.
Di masyarakat Yunani kuno, Lysistrata menggalang gerakan perempuan mogok berhubungan seksual dengan pasangan (laki-laki) mereka untuk menuntut dihentikannya peperangan : dalam Revolusi Perancis, perempuan Paris berunjuk rasa menuju Versailles sambil menyerukan “kemerdekaan, kesetaraan dan kebersamaan” menuntut hak perempuan untuk ikut dalam pemilu.
Sejak seabad yang lalu momori kolektif perjuangan itu dirayakan dan diperingati sebagai sebuah kuncup sejarah dari mereka yang sering lebih menjadi korban ketimbang pahlawan pujaan. Akan tetapi tenaga dan kerja mereka telah menghadirkan kondisi hari ini bagi perempuan khususnya, keadaan tanpa dominasi dan pengabaian baik oleh sistem, ekonomi politik dan sejarah itu sendiri, dan kita mesti mengingatnya, yang demikian agar kita tak lupa, perempuan juga punya peran penting dalam menghadirkan kebebasan dan keadilan, di sini, sekarang dan akan terus berlangsung.
Dan berikut kilas sejarah perjuangan pergerakan perempuan tersebut untuk kita ingat dan refleksikan bersama sebagai salah cara melawan endemik lupa; penyakit lupa yang seringkali menjadikan perempuan tetap berada dalam ruangnya yang tertindas dan proses pengabaian itu terus dilanggengkan. Maka tepat kiranya meminjam istilah penyair dan Novelis Cekoslowakia, Milan Kundera, “Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan manusia melawan lupa.”
1909 :
Dalam rangkaian pendirian Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati pada tanggak 28 Februari di Amerika Serikat.Hari hari tersebut kemudian terus diperingati perempuan pada setiap hari minggu terakhir bulan Februari sampai tahun 1913.
1910:
Pertemuan kelompok sosialis internasional di Copenhagen, Denmark, memutuskan untuk memilikii Hari Perempuan Internasional sebagai penghormatan atas hak-hak asasi perempuan dan mendorong diperolehnya hak suara bagi semua perempuan di dunia. Keputusan ini diterima secara bulat oleh semua peserta yang diikuti oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota parlemen Finlandia. Pada saat itu, mereka belum memutuskan pada tanggal berapa peringatan hari tersebut akan diadakan.
1911:
Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun yang lalu, Hari Perempuan Seduani untuk pertamakalinya diperingati (pada tanggal 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, dimana lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun kejalan. Selain hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan , mereka menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.
Kurang dari seminggu sejak peringatan tersebut, pada tanggal 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan adalah imigran asal Italia dan Yahudi. Kejadian ini sangat mempengaruhi peraturan perburuhan di Amerika Serikat dan kondisi kerja yang menyebabkan insiden ini terjadi kemudian dikecam habis-habisan selama peringatan Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya.
1913-1914:
Sebagai bagian dari upaya perdamaian yang berkembang selama berlangsungnya Perang Dunia I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada hari Minggu terakhir bulan Februari 1913. Di belahan Eropa lainnya, pada atau sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, perempuan berunjuk rasa baik untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga.
1917:
Karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali lagi turun kejalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan “Roti dan Perdamaian”. Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari kemudian, Czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia.** (SC)
Sumber: Kalender Bina Desa, 2013