Bina Desa

Keadilan Jender Dimulai Dari Desa

Keadilan gender mensyaratkan adanya keterbukaan akses bagi setiap orang, perempuan dan lelaki untuk memperoleh haknya, hal ini secara konstitusi di lindungi. (photo John. P. Sinulingga/Bina Desa)

CIANJUR, BINADESA.ORG—Upaya agar terciptanya keadilan jender merupakan perjuangan yang luar biasa energinya. Hal ini harus dilakukan diberbagai tatanan, termasuk dalam pembangunan desa. Belum lagi Keterwakilan perempuan di kelembagaan desa dan pemerintahan belum seimbang dengan laki-laki. Hasil kajian menyebutkan, keterwakilan perempuan kurang dari 10%.  Demikian juga dalam proses perencanaan, ataupun dalam proses pengambilan keputusan strategis di desa, peran perempuan masih rendah.

Desa sebagai pemerintahan yang lansung berhadapan dengan masyarakat sudah selayaknya mengakomodir program dan kegiatan sesuai kebutuhan perempuan dan anak. Namun hal ini tak bisa didapat, bila tak ada upaya-upaya dari perempuan sendiri dan tentunya masyarakat desa secara luas. Disinilah peran strategis pendidikan jender.

Untuk itulah Sauyunan Perempuan Petani Binangkit (SPPB) Cianjur pada medio 2017 mengadakan pendidikan keadilan jender di Paguyuban Jaya Kasih, Desa Bojong Kasih, Kecamatan Kadupandak, Cianjur.  Peserta yang hadir pada kegiatan pendidikan ini 27 orang dari 8 desa yang telah bergabung dengan SPPB dan ditambah 2 desa baru (Desa Sindangsari dan Desa Sukaraja). Pendidikan keadilan jender ini difasilitasi oleh Kepala Sekolah Pedesaan (SEPEDA) Bina Desa Mardiyah Basuni.

Terungkap bahwa hampir semua peserta di sini belum paham tentang apa itu jender. “Namun istilah jender itu sering kali mampir di telinga kami” ujar Kartini ketua SPPB.

Mengacu dari pernyataan tersebut, Mardiyah mengatakan “Tepat sekali dengan tujuan dari pendidikan ini, membangun pemahaman dan kesadaran bersama tentang keadilan jender”. Ditambah lagi tentang membangun kesadaran tentang pola hubungan antara laki-laki dan perempuan sehingga memunculkan kesadaran kritis bahwa dalam mewujudkan kesejahteraan itu perempuan juga mengambil bagian yang sangat penting.

Pembahasan materi dalam pendidikan ini memperhatikan juga dari rumusan harapan dari peserta pendidikan. Kemudian dilanjutkan dengan pre-test, dimana peserta diminta untuk menjawab dua pertanyaan kunci yaitu pertama apa yang diketahui tentang jender?  Dan kedua Mengapa jender menjadi sebuah permasalahan?.  Jawaban dari peserta dibacakan dan kemudian dirangkum menjadi point-point penting.

Strategi pendidikan dewasa ini juga membagi peserta menjadi 2 kelompok dan diminta untuk bermain peran. Kelompok satu memerankan bagaimana doa-doa yang selalu diungkapan kepada anak laki-laki dan kelompok lainnya memerankan bagaimana doa-doa yang diungkapan kepada anak perempuan. Harapannya dari bermain peran ini akan muncul ungkapan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan.

Lebih mendalam lagi peserta pendidikan juga menuliskan aktivitas mulai bangun pagi sampai tidur malam (dibuat dengan detail waktunya). Dari pemaparan ini pula akan diambil pointnya tentang barapa banyak jam kerja yang dihabiskan perempuan dibandingkan laki-laki.

Selanjutnya dari diskusi, bermain peran dan tugas tersebut dikaitkan dengan pemahaman jender, sex dan kodrat dan selanjutnya dikaitkan lagi dengan berbagai ketidakadilan jender yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat.

Terakhir menjawab dua pertanyaan yang berkaitan tentang pendidikan : 1) Maukah kita memulai untuk mengubah cara berpikir untuk adil? 2) Siapkah kita mewujudkan sikap hidup yang berkeadilan jender dalam kehidupan sehari-hari? Mari, silahkan menjawab… (bd018 dan bd030)

 

Scroll to Top