CILACAP, BINADESA.ORG – Sejak diimplementasikannya UU no 6 Tahun 2014 tentang desa telah memberikan ruang yang luas kepada desa untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya. Desa dapat menentukan dan melakukan pembangunan dengan kehendak sendiri sesuai dana yang diberikan kepada desa. Namun, dinamika yang terjadi di desa tidak seperti yang diharapkan. Masih terdapat banyak celah yang melemahkan desa dalam implementasi UU Desa dan disisi lain desa menjadi tempat dimana terjadi pertarungan dalam mencari ruang-ruang kehidupan antara masyarakat desa dengan pihak luar yang ingin menguasai sumer daya yang ada di desa.
Di sisi lain, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh negara juga berkontribusi untuk mempengaruhi proses-proses yang dilakukan para pegiat pedesaan untuk mewujudkan cita-cita yaitu terwujudnya Komunitas Swabina Pedesaan (KSP). Pengaruh ini bisa berdampak semakin menguatnya komunitas untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan yang dilakukan di desa atau juga berdampak pada semakin termaginalkannya komunitas untuk dapat mengambil bagian dalam pembangunan desa yang juga tentu berkontribusi pada lambat atau cepatnya internalisasi dan terwujudnya konsep desa swabina.
Dinamika yang terjadi ini perlu untuk dipelajari dan dianalisis secara berkala sehingga memunculkan strategi baru dalam menjawab permasalahn, ancaman, dan tantangan yang munculnya sekaligus mewujudkan KSP. Bina Desa yang bekerja sama dengan Kelompok Nurul Bahri Abadi melaksanakan Refleksi Jaringan Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) Region Jawa pada tanggal 13 – 15 Maret 2018. Bertempat di Desa Panikel, Kec. Kampung Laut, Kab.Cilacap, Jawa Tengah.
Kegiatan yang baru dimulai pagi ini dihadiri oleh jaringan KSP di region jawa, anggota Kelompok Nurul Bahri Abadi, Liwon (PPL Cilacap), Kyai H. Ibrahim (Ketua LPPNU Kab. Cilacap), Sunaryo (Kepala Desa Panikel), M Chaerul Umam (Wakil Koordinator Bina Desa), John Pluto Sinulingga (Staf Bina Desa) dan kegiatan dibuka secara langsung oleh Camat Kampung Laut, Nur Indra Wahyu Wibawa.
Achmad Fauzan selaku Ketua Kelompok Nurul Bahri Abadi menyampaikan jika kelompok ini tempat belajar bertani alami dan sedang mengembangkan koperasi. “Koperasi merupakan jembatan kita untuk mengkoordinir produk dari hasil petani itu sendiri,” pungkas Fauzan.
Ibrahim dari LPPNU menganjurkan untuk kelompok berbadan hukum agar mempermudah akses dan sebagai pembuka kegiatan Camat Kampung Laut menerangkan terkait 3 hal yang menjadi fokus Kecamatan Kampung Laut, ialah pertanian dan perternakan, perikanan, serta pariwisata. Ia pun berkeinginan pertanian alami dipraktikan di kampung laut, karena banyak manfaatnya. “Konsen Bina Desa sejalan dengan kami, agar petani mandiri dan tidak terlalu tergantung pada dunia luar,” ujar camat.
Dalam agendanya, ia akan mencanangkan Desa Panikel sebagai kampung alami. Harapannya ada semacam pameran produk pertanian alami ataupun pupuk dan lainnya yang berasal dari kampung ini. “Desa Panikel sebagai kampung alami. Dengan adanya APBDes yang mendukung pemberdayaan masyarakat adalah peluang membuka sinergi dari pusat hingga lokal. Semoga akan membuat potensi terangkat,” tegas camat.
Wakil Koordinator Bina Desa, M Chaerul Umam menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan di Desa Panikel. Secara khusus Bina Desa melakukan pemberdayaan komunitas pedesaan, baik mengembangkan pertanian alami ataupun memperkuat posisi komunitas dalam pembangunan desa, terutama dengan hadirnya UU Desa dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan di desa masing-masing. Ia pun menjelaskan kegiatan yang berjudul refleksi ini merupakan siklus belajar sekolah pedesaan Bina Desa, ialah aksi – refleksi – aksi. “Siklus ini terus bergulir untuk melihat pencapaian, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana periode sebelumnya,” ujar Umam dalam sambutannya.
Refleksi juga dihadiri dari berbagai wilayah, ialah perwakilan dari Jawa Barat: Cianjur, perwakilan dari Jawa Tengah; Banjarnegara, Kudus, Demak, Karanganyar, Pemalang, Jepara, perwakilan dari Yogyakarta; Kulon Progo, Gunung Kidul, perwakilan dari Jawa Timur; Jember, Lamongan, Gresik, dan Lumajang. Kegiatan refleksi akan berjalan selama tiga hari, salam perjuangan dan semangat untuk semua peserta. Bertani alami, Petani Berdaulat!***