Bina Desa

Ekonomi dan Agroekologi Pekarangan

Hasil produksi dengan pertanian alami (agroekologi) dijajakan langsung ke warga desa (photo Ibnul Fallaah)

OKI-BINADESA.ORG-Pengeluaran berkurang, pendapatan bertambah. Semua bermula dari langkah kecil dan sederhana. Bermula dari semangat “Food Always in the Home (FAITH)” yang dirintis dalam bentuk kebun pekarangan Madrasah Ibnul Fallaah (Sekolah Anak Petani) di Desa Kuro-Bangsal, Pampangan, Kab. Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Langkah kecil ini kemudian diikuti komunitas perempuan desa Bangsal. Para santri dan wali santri pun memperluas lahan belajar agroekologi mengoptimalkan lahan yang belum terpakai menjadi lahan budidaya sayur.
Tiga hari silam (akhir Januari 2018), kami berdiskusi dengan mereka. Para perempuan yang aktif berkebun pekarangan mengaku telah berhemat banyak. Biasanya untuk belanja sayur, mereka mengeluarkan uang Rp 80.000 – 100.000 per pekan untuk sayuran. Sekarang, uang tersebut dapat digunakan untuk keperluan lain atau ditabung.
Kebun pekarangan para santri, dipanen sekali per pekan. Hasil panen antara lain bayam, kangkung, sawi, tomat, dan terong. Sebagian dikonsumsi, sebagian lagi dijual. Dijajakan para santri ke warga desa Bangsal dan desa tetangga (desa Kuro). Nilai penjualan rata-rata Rp. 700.000/pekan. Hasil penjualan kebun pekarangan ini menjadi pendapatan tambahan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di Madrasah Ibnul Fallaah.

Salah satu produk tanaman warga desa bersama siswa YPI inbul Fallaah, tomat ceri yang biasanya dimasak untuk pindang ikan atau sambal (photo Ibnul Fallaah)

Berangkat dari ujicoba skala kecil dan sederhana ini, desa Bangsal bersama Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) tengah merumuskan rintisan unit usaha dan tata niaga produk agroekologis sebagai bagian dari usaha pembangunan pedesaan.

Sederhana. Bermula dari langkah kecil.  Kecil itu indah. ### (SyamAR)

Scroll to Top