JAKARTA, BINADESA.ORG – Di areal persawahan pantura terjadi trend penurun produksi padi dalam beberapa tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang tak menentu dan konidisi tanah yang sudah jenuh oleh bahan kimia atau miskin hara. Pemberian pupuk kimia yang berlebihan juga bukan meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman padi, tetapi justru merusak ekosistem sawah yang ada.
Kondisi inilah yang membuat para petani harus memiliki inovasi atau terobosan baru yang ramah lingkungan untuk memperbaiki kondisi tanah, untuk selanjutnya dapat meningkatkan produksi tanaman padi.
Adalah Komarudin (34 tahun), seorang pemuda tani Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon mencoba melakukan praktik inovasi penggunaan nutrisi alami melalui buku “Seri Pertanian Alami” yang ia dapatkan dari Yayasan Bina Desa Sadajiwa. Ia mencoba nutrisi berbahan sumberdaya lokal, seperti rebung, buah-buahan busuk, dedak, rampah-rampah dan lain-lain dicampur gula merah untuk kemudian difermentasikan selama seminggu dan kemudian diaplikasikan ketanaman padi.
Melalui dampingan Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Komarudin membuat demplot padi “TANPA UTANG” (Tanam Padi Unggul Sebatang) dengan perlakuan khusus nutrisi alami dan biopestisida seluas 1 hektar.
Selang beberapa bulan, tepatnya 90 HST pada hari Selasa, 20 Maret 2019, dilakukan panen perdana demplot padi varietas IPB 3S dengan perlakuan khusus nutrisi alami. Terjadi peningkatan produksi padi yakni dihasilkan rerata 7,5 ton/ha dari yang selama ini hanya mentok di angka 5 ton/ha Gabah Kering Panen. Hal ini merupakan kabar menggembirakan bagi para petani sekitar.
Menurut Direktur INAgri Syahroni yang juga alumni FP Universitas Sriwijaya, INAgri bersama petani akan terus melakukan terobosan-terobosan untuk peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan (padi), yakni dengan cara membangun stasiun lapangan di desa, berupa demplot padi. Seperti yang sedang diujicobakan varietas IPB 3S dengan perlakuan khusus penggunaan nutrisi alami dari sumberdaya lokal, biofungisida dan biopestisida yang ramah lingkungan. Berharap terobosan ini dapat meningkatkan produktifitas lahan dan tanaman secara berkelanjutan, serta memotivasi petani untuk mengubah mode produksi dari yang konvensional menjadi pertanian ekologis (agroekologis).
Menurut Komarudin, petani pengelola demplot “Setelah dilakukan pengamatan pada demplot padi ini, dapat dilihat pertumbuhannya sangat baik, sehingga banyak petani yang ingin melihat langsung dan berdiskusi tentang cara bertani yang diterapkan,” Ia pun menambahkan, selain itu beberapa pegawai penyuluh pertanian dari UPTD dan Dinas Pertanian cirebon pun sempat datang untuk melihat uji coba var padi IPB 3S dengan perlakuan alami yang sudah jadi perbincangan para petani sekitar.
Direktur INAgri, Syahroni yang ikut dalam panen perdana juga mengatakan “Hendaknya kabar baik peningkatan produksi padi ini juga diikuti oleh kenaikan HPP Gabah kering panen atau giling (GKP/GKG) yang diterima petani menjadi layak. Yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan petani,” pungkasnya.*** (bdk026Syah)