Perempuan ambil bagian dalam Konferensi Internasional Pertanian Keluarga Ke-5 yang diadakan Derio, Spanyol, pada 21-23 September 2015 lalu. Dalam konferensi itu perempuan mendeklarasikan tentang Pertanian Keluarga berdasarkan tantangan dan tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh perempuan dari seluruh dunia.
Peserta Deklarasi tersebut adalah Dwi Astuti (AsiaDHRRA), Alessandra (CONTAG), Teresa López (FADEMUR), Izaskun Landaida (Emakunde), Conchi Quintana (FRM), Elena Gutierrez (Basque Government), dan Fatma Ben Rejeb (PAFO).
Perwakilan Asia DHRRA Dwi Astuti mengatakan, deklarasi ini merupakan wujud keinginan para perempuan dari berbagai belahan benua untuk mengembangkan ekonomi lokal dan nasional. Juga, penjamin dalam keamanan dan kedaulatan pangan di desa-desa. Meski begitu menurutnya, kemajuan yang terjadi dekade sebelumnya masih diselimuti oleh ketimpangan sosial politik.
“Masih ada batasan struktural yang mencegah kami untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Seperti masih menghadapi rintangan besar dalam akses atas tanah, air, dan sumber daya publik seperti kredit, dukungan teknis dan teknologi,” kata Dwi Astuti membacakan deklarasi tersebut. Selain itu, menurut peserta yang juga Direktur Bina Desa itu, perempuan juga masih sulit mendapat pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan akomodasi.
Fatma Ben Rejeb dari FAFO mengatakan, kemajuan-kemajuan penting di beberapa negara tentang isu perempuan telah dibuat dalam hal kebijakan publik. Sehingga, menjadi dasar pelaksanaan institusi untuk mendorong kesetaraan gender. Namun, di sebagian besar negara menjadikan kebijakan itu sebagai prioritas masih menjadi tantangan besar.
“Oleh karena itu, Kami harus memperkuat kerja dan pengaruh dalam jaringan untuk memastikan adanya suara yang efektif dalam aspek pengambilan keputusan di semua tingkatan,” ujar Fatma.
Fatma juga mengatakan, perempuan harus memperkuat agenda kolektif dan aksi tentang isu gender yang merupakan tanggapan terhadap perubahan serta dinamika yang dihadapi. Bentuknya berupa menjaga, memperbanyak, dan bertukar pengalaman tentang pendidikan dan organisasi. Agar menjadi alat untuk memajukan proses kolektif perempuan.
“Melanjutkan untuk mempengaruhi dan menuntut hak-hak individu dan kolektif kami, dengan jelas dan berkualitas, di tingkat nasional dan internasional seperti yang telah disepakati dalam berbagai proses pembelaan HAM di PBB dan dalam dialog umum di CSA/CFS, CELAC, forum-forum petani (FMC-Foro Mundial Campesino) dan lain-lain,” pungkasnya.
Mendorong Komite Penasehat Dunia
Demi tercapainya agenda itu, dikatakan Dwi Astuti, mereka akan meminta untuk menjamin keterlibatan perempuan yang diwakili jaringan ini dalam World Consultative Committee. Mereka juga akam meminta jaminan dan memperkuat usulan-usulan perempuan dari semua tingkatan pengaruh dalam pengembangan dan pelaksanaan agenda IYFF+10.
“Untuk menjamin bahwa pada pertemuan selanjutnya yang diadakan WRF, perempuan akan diberikan kesempatan untuk hadir dalam rangka mendiskusikan prioritas-prioritas pertemuan IYFF+10,” kata Dwi.