Nelayan pesisir Garut dan Tasikmalaya semakin putus asa karena masih belum bisa mendapatkan tangkapan yang memuaskan dalam dua bulan terakhir. Bahkan, meski mempertaruhkan nyawa pun tidak bisa memperbaiki hasil tangkapannya.
“Susah menentukan waktu yang tepat kapan melaut atau tidak. Pernah memaksakan melaut tapi belum sampai melepas jaring kami harus kembali lagi ke pantai karena cuaca tiba-tiba memburuk,” kata Odih (36), nelayan Santolo, Kabupaten Garut, Selasa (1/3).
Odih mengatakan, bersama tiga temannya, membutuhkan Rp 1,65 juta untuk membeli bahan bakar solar sebanyak 300 liter dengan harga solar Rp 5.500 per liter per sekali melaut. Dengan kapal berkapasitas mesin 1.200 cc, solar itu bisa menempuh jarak 30 mil dari pantai pulang pergi. Jarak itu terbilang ideal untuk menangkap ikan seperti baronang,kakap, atau kerapu.
Akan tetapi, bila cuaca tiba-tiba memburuk, ia terpaksa kembali ke pantai sebelum menebar jaring karena khawatir kapal diterjang ombak. Akibatn ya, sekitar 50 persen dari total bahan bakar habis tanpa hasil.
“Ikan tidak dapat tapi bahan bakar berkurang. Padahal, uang beli bahan bakar juga hasil hutang,” katanya.
Surjaman (45), nelayan di Cipatujah, mengatakan pernah nekat untuk tetap melaut di saat cuaca buruk. Meski tidak sampai mengalami kecelakaan laut, ia sulit menentukan titik penangkapan yang tepat karena cuaca buruk menyebabkan ombak mencapai 2-3 meter. A kibatnya, ia tetap saja merugi meski sudah mempertahankan nyawa untuk melaut.
“Saya nyaris putus asa. Apalagi yang bisa saya pertaruhkan kalau nyawa pun tidak bisa memperbaiki hasil tangkapan,” katanya.***