Tingkat suku bunga kredit usaha rakyat terlalu tinggi bagi petani. Akibatnya, tidak banyak petani yang memanfaatkan fasilitas tersebut sekalipun ada kemudahan dalam akses kredit karena bisa mendapat pinjaman tanpa agunan.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Hortikultura Nasional Karen Tambayong, Senin (7/5), di Jakarta, tingginya bunga kredit usaha rakyat (KUR) menunjukkan pemerintah belum menganggap penting sektor pertanian. Apalagi, untuk pengembangan tanaman hias. ”Investasi dalam usaha budidaya tanaman hias lama. Kalau bunganya 22 persen, meskipun tanpa agunan, petani tidak akan tertarik,” ujarnya.
Di sela temu wicara petani dengan Menteri Pertanian Suswono di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Bupati Bintan Ansar Ahmad mengatakan, kalau bunga KUR 22 persen untuk kredit tanpa agunan, sebaiknya tidak usah ditawarkan kepada petani. ”Idealnya, bunga KUR bagi petani berkisar 6 persen,” ujarnya.
Di Kabupaten Bintan, petani mendapat fasilitas kredit murah dari dana APBD dengan bunga dalam 3 persen-6 persen. Kalau KUR menawarkan 22 persen, jelas petani tidak akan tertarik.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian menyatakan, KUR merupakan program pemerintah pusat. Yang penting, dia sudah menyampaikan kepada petani bahwa ada fasilitas kredit yang mudah diakses.
Memang, Suswono mengakui bahwa bunga kredit 22 persen jauh di atas bunga kredit komersial yang sekitar 14 persen. Namun, perlu diingat bahwa bunga 22 persen khusus untuk kredit yang tanpa agunan. ”Ini lebih rendah daripada bunga yang ditetapkan rentenir,” katanya.
Kalau petani mau bunga kredit yang rendah, petani bisa memanfaatkan KUR dengan jaminan. Bahkan, Suswono menyatakan, petani yang meminjam KUR dengan jaminan bisa mendapat pinjaman kredit lima kali dari nilai yang diagunkan.
Meski masih tinggi, ada alternatif lain untuk bisa mengakses kredit murah. Akses tersebut adalah memanfaatkan kredit ketahanan pangan dan energi dengan bantuan keringanan bunga kredit hingga 6 persen.
Tawaran pemanfaatan KUR disampaikan Menteri Pertanian dalam rangka mendorong peningkatan kinerja ekspor komoditas hortikultura, seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias, ke Singapura. (MAS/kompas)