Bina Desa

Belajar Bersama untuk Membangun Desa

Ketua Ngudi Mulyo, Pairan menjadi fasilitator dalam kegiatan pada 27-29 Juli 2018 di Sekretariat Ngudi Mulyo (Foto : Kelompok Tani Ngudi Mulyo)

GUNUNGKIDUL, BINADESA.ORG – Kelompok Tani Ngudi Mulyo adalah organisasi tani di Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Sebagai organisasi yang hidup di tengah masyarakat desa penting untuk tidak menjadi eksklusif. Itulah yang disadari bersama oleh pengurus Ngudi Mulyo. “Sesama organisasi desa bisa saling bekerja sama untuk membangun desa,” ucap pengurus Ngudi Mulyo, Sri Murtirahayu.

Ngudi Mulyo mengundang organisasi karang taruna dan KWT Istiqomah untuk belajar bersama di sekretariat organisasi pada 27–29 Juli 2018. Di tengah kesibukan aktivitas keseharian masyarakat, 20 peserta hadir mengikut kegiatan dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.

Kegiatan ini merupakan tempat berbagi dan belajar terkait perencanaan yang logis. Fasilitator Pairan, Ketua Ngudi Mulyo dan Sri Murtirahayu telah mengikuti pendidikan terkait perencanaan di jogja bulan Mei silam. Kini, organisasi ingin berbagi pengetahuan apa yang didapatkannya dari pendidikan tersebut.

Organisasi yang fokus pada tanaman kakao ini terbiasa mendapatkan pelatihan terkait pengelolaan kakao dan pada kesempatan lain mendapatkan pendidikan penguatan organisasi. “Maka itu, kami mengundang karang taruna dan KWT agar penerima manfaatnya lebih banyak,” ucap Sri Murtirahayu.

Ia pun memaparkan saya sebagai petani diterima baik oleh masyarakat, untuk berbicara dan berdiskusi masalah di organisasi masing-masing dan desa. Respon peserta sangat positif bahwa untuk menggali kembali masalah yang ada di organisasi dan desa.

Para peserta kegiatan, yaitu pengurus Ngudi Mulyo, KWT Istiqomah, dan Karang Taruna di Desa Nglegi, Patuk, Gunungkidul (Foto : Kelompok Tani Ngudi Mulyo)

Dari hasil diskusi, masalah inti yang ada di Ngudi Mulyo adalah terkait harga jual kakao rendah. Di KWT Istiqomah sebagai organisasi yang memproduksi bawang goreng menemukan masalah intinya pada konsumen bawang goreng. Karang taruna sebagai salah satu organisasi yang ada di desa pun menggali permasalahan bahwa kesadaran masyarakat masih kurang terkait penggalian potensi di desa.

Inti masalah ini didiskusikan di setiap organisasi untuk ditemukan solusi dan cara bagaimana mencapai pada tujuan tersebut, misalnya salah satu tujuan karang taruna adalah terpenuhi pengembangan wisata dan hal tersebut bisa dibuktikan dengan jumlah penjulan tiket wisata tinggi.

Dalam tiga hari adalah proses bersama berlatih membuat perencanaan yang logis dan bekerja sama dengan organisasi lain untuk membangun desa. Ini selaras dengan apa yang sedang diperjuangkan bahwa pembangunan seharusnya dipimpin oleh komunitas pedesaan, oleh masyarakat pedesaan itu sendiri.***

Scroll to Top