Bina Desa

Peta Wilayah Adat Bobongko di Lipu Baulu Menuai Apresiasi

gambar

Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) Lungkong, kepulauan Togean, kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah menggelar Musyawarah peta wilayah adat Bobongko (22/8)

Bertempat di pelataran sekretariat KSP di lipu (desa) Baulu, kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses pemetaan partisipatif atas wilayah adat Bobongko di lipu Baulu tersebut bertujuan untuk mensosialisasi dan memusyawarahkan peta final bersama para pemangku adat, baik yang berada di desa Baulu maupun desa-desa lain yang berbatasan. Selain pemangku adat hadir pula dalam kesempatan tersebut perwakilan pemdes, organisasi masyarakat adat dan tokoh masyarakat.

“Melalui musyawarah ini, kami berharap hasil pemetaan yang kami lakukan secara partisipatif dan gotong royong sebelumnya dapat diketahui dan dipahami kemanfaatannya oleh masyarakat adat Bobongko, terutama para tokoh pemangku adatnya”, kata Efendi, ketua KSP Lungkong di sela-sela acara.

“Dan yang tak kalah penting, para pemangku adat yang ada di lipu Baulu maupun luar Baulu dapat memberi kami informasi yang lebih mendalam dan valid terkait batas-batas wilayah. Hal ini penting agar peta ini kelak dapat kita usung secara bersama-sama untuk mendapatkan pengakuan oleh semua pihak, termasuk juga oleh pemerintah demi memastikan terlindunginya hak-hak masyarakat adat Bobongko”, lanjutnya lagi.

Efendi juga menambahkan bahwa proses musyawarah tersebut salah satunya merupakan upaya KSP untuk mengkomunikasikan batas wilayah demi menghindarkan terjadinya kesalahan data koordinat yang dapat berujung pada perebutan klaim. Melalui musyawarah KSP Lungkong berharap tumbuhnya kesadaran kolektif melindungi wilayah adat Bobongko dan mengantisipasi hal-hal negatif dapat terjadi di masa-masa mendatang seperti klaim penguasaan tanah oleh perusahaan swasta atau bahkan oleh perusahaan negara, sebagaimana banyak terjadi di tempat lain yang berujung pada upaya eksklusi dan peminggiran hak warga negara, dalam hal ini masyarakat adat.

Selain tim pemetaan dan sejumlah anggota KSP Lungkong, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh beberapa KSP lain di Sulteng, diantaranya Sopank dari Ampana dan FMU Marowo. Tak ketinggalan hadir juga dalam kesempatan tersebut Bina Desa yang sedari awal mendukung penuh proses pemetaan partipatif tersebut hingga selesai.

“Tadinya kami juga ingin mengundang semua kawan KSP di Sulteng, termasuk Sangurara di Sigi, STI di Parigi Moutong, tapi ada kendala yang tak dapat dihindari sehingga sementara harus membatasi beberapa KSP yang dekat”, ungkap Minarli, perempuan pengurus KSP Lungkong.

“Kalau KSP Bansr dari Banggai yang juga jaraknya tidak terlalu jauh sebenarnya kami undang juga, tapi mereka berhalangan hadir. Kami sedikit kecewa juga karena kak Ebhit tiada datang juga. Beliau selaku koordinator JKSP Sulteng sebenarnya kami harapkan datang. Selain dia punya banyak keluarga dan teman di sini, dorang juga suka buat forum manjadi tambah ramai dan menyenangkan”, lanjutnya sembari tertawa.

Dihubungi secara terpisah, Murdin Panto, salah seorang pengurus adat Bobongko menyatakannya harapannya yang besar terhadap upaya menindaklanjuti hasil peta yang sudah dibuat. Dia berterimakasih dan merasa senang lantaran anak-anak muda suku Bobongko punya niatan yang mulia untuk melestarikan dan menjaga serta berusaha melindungi warisan para leluhurnya.

“Semoga semangat dan upaya anak-anak suku Bobongko dapat dimudahkan dan selanjutnya dapat makin memperkuat dan menghidupkan adat istiadat yang perlahan makin ditinggalkan, seperti adat menanam padi ladang dan tradisi upacara Padungku (syukuran panen.Red.) yang sudah mulai hilang sejak beberapa puluh tahun terakhir”, pungkas Murdin dengan nada sedih.

Dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, musyawarah peta wilayah adat tersebut berlangsung dinamis Sesekali terlihat perdebatan cukup panas antar peserta saat terjadi perbedaan pendapat. Setelah sesi pembahasan peta dengan beberapa catatan kecil, forum kembali menghangat pada saat dilakukan penggalian aset-aset budaya dan adat Bobongko. Dari saling lempar argumentasi dan data menurut pendapatnya masing-masing, tampak semangat para peserta, terutama kalangan yang sudah lanjut usia, untuk meneguhkan kembali praktik-praktik tradisi, budaya dan adat-istiadat yang sudah mulai ditinggalkan, bahkan sebagian sulit untuk ditemukan jejaknya. Maka berawal dari kerja-kerja advokasi wilayah adat oleh KSP Lungkong tersebut diharapkan menjadi jalan bagi menguatnya kelembagaan dan praktik masyarakat adat Bobongko di kepulauan Togean. [LDJ]

Scroll to Top